Lihat ke Halaman Asli

Lilis Suryanti Sirait

Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Urgensi Karya Sastra pada Masa Kini sebagai Penguatan Karakter Siswa di Sekolah

Diperbarui: 23 April 2021   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penulis 1 : Lilis Suryanti Sirait

Penulis 2 : Prof. Dr. Rosmawaty Harahap, M.Pd.

            Di kalangan masyarakat karya sastra bukalah hal yang tabu saat ini. Eksistensi karya sastra selalu hadir dan  berkembang seiring dengan perkembangan zaman.  Karya sastra merupakan kronologi realita kehidupan,  hasil perenungan penulis terhadap kehidupan sosial yang dikomunikasikan kedalam tulisan dengan bahasa yang indah. Karya sastra dihadirkan bukan untuk menenggelamkan para penikmat sastra ke dalam dunia imajinasi pengarang semata, namun pengarang mengajak penikmat sastra menginterpretasi makna tersirat dan tersurat karya sastra, wujud dari refleksi pengarang terhadap masalah sosial yang terjadi.

Karya sastra yang telah tercipta hadir dalam bentuk puisi, prosa, dan drama, dengan mengangkat cerita kehidupan di dalamnya. Dalam menikmati setiap karya sastra tentu pembaca memiliki beraneka ragam, ada yang memanfaatkan karya sastra sebagai media hiburan, dan adapula yang memanfaatkan sebagai media pengembangan diri melalui pengamplikasian nilai-nilai yang terkandung pada karya sastra yang ia nikmati.

Dalam dunia pendidikan penguatan karakter merupakan konsep kurikulum yang dicanangkan di setiap instansi pendidikan. Kurikulum berperan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, pendidikan karakter dihadirkan untuk membentuk moral peserta didik menjadi lebih baik.  Karya sastra adalah salah satu media yang digunakan untuk pengembangan karakter siswa. Hal ini dikarenakan nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam karya sastra.

Penguatan karakter dengan pemanfaatan karya sastra dengan mengapresiasi karya sastra itu sendiri. Peserta didik tidak hanya sekedar membaca karya sastra tersebut namun juga menghayati sehinggi menemukan nilai-nilai yang ada pada karya sastra itu sendiri. Nilai-nilai karakter seperti religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, kebangsaan, menghargai prestasi, ramah/komunikatif, cinta damai, lingkungan tanggungjawab  gemar membaca, berpikir logis, peduli lingkungan, peduli sosial,  dan peduli. Nilai-nilai karakter ini dapat ditemukan dalam karya sastra.

Pembelajaran sastra dalam pemanfaatan aspek kebahasaan dapat dilakukan dengan (1) menulis yaitu peserta didik diarahkan untuk menulis karya-karya sastra, (2) membaca, yaitu peserta didik diarahkan untuk membaca dan memahami kebermaknaan karya sasra  tersebut, (3) menyimak, yaitu peserta didik diarahkan tidak hanya mendengarkan pembacaan karya sastra itu sendiri namun perefleksian didalamnya harus dilterapkan, dan (4) berbicara, yaitu peserta didik diarahkan untuk mengkomunikasikan kembali karya sastra yang ia pelajari baik dengan bermain berperan atau menceritakan isi dari karya sastra tersebut.

Guru sebagai fasilitator pendidikan kepada peserta didik memiliki peranan yang besar. Keprofesionalan guru dalam pengajaran sastra sangat dituntut, hal karena guru harus dapat memberikan pengajaran yang benar kepada siswa, baik dari segi pembacaan karya sastra, menulis karya sastra, bahkan menyampaikan kebermaknaan nilai-nilai yang terkandung dari karya sastra yang dibaca.

Selain pemanfaatannya sebagai pengembangan karakter, karya sastra tanpa disadari hadir dapat meningkatkan potensi kebahasaan, perkembangan kognitif, kepribadian bahkan perkembangan sosial peserta didik. Karya sastra daat menambah kosakata peserta didik yang dapat dikomunkaiskan ketika berbahaasa. Karya sastra dapat meningkatkan daya nalar pikiran peseta didik melalui alur cerita yang disampaikan pada karya sastra tersebut. Untuk pengembangan kepribadian, karya sastra dihadirkan melalui peran tokoh-tokoh karya sastra, untuk itu sangat diharapkan bacaan yang digunakan peserta didik adalah bacaan yang tepat sehingga rangsangan emosional peserta didik yang dihadirkan karya sastra itu dapat meningkatkan moralitas peserta didik.

Tindakan sederhana yang dapat diterapkan oleh siswa dalam memanfaatkan karya sastra sebagai pembentukan karakter adalah siswa berkeinginan dan bertekad untuk membaca karya sastra dibarengi pula oleh apresiasi sastra itu sendiri. Siswa tidak hanya membaca, namun siswa juga memaknai karya sastra yang ia baca, mengerti setiap makna tersirat dan tersurat dari karya sastra yang di baca, serta mengaplikasikan setiap nilai-nilai karater yang ia peroleh dari hasil bacaan sastra kedalam kehidupannya sehari-hari. Niscaya karakter siswa akan terbentuk menjadi siswa sebagai insan yang religius, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan juga kepada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline