Lihat ke Halaman Asli

Kak Lilis

Trainer

Nikmat yang Berubah

Diperbarui: 2 Maret 2022   04:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

#SSCQ12
#DakwahItuCinta
#Juz1

Nikmat Yang Berubah

Allah SWT telah memberikan banyak kenikmatan kepada kita. Nikmat hidup, nikmat bisa menghirup udara segar, nikmat bisa beribadah pada Allah, nikmat memiliki keluarga, nikmat bisa tersenyum, nikmat bisa bergerak dan masih banyak kenikmatan lain yang Allah berikan kepada kita dari bangun tidur hingga tidur lagi.

Di antara nikmat Allah yang terbesar adalah nikmat Iman dan nikmat Islam. Dengan Iman kita masih memiliki rukun Iman sebagai alaram hidup kita. Dengan Islam kita masih punya petunjuk untuk mengatur hidup kita agar tidak tersesat. Semua kenikmatan Allah ini telah diberikan kepada semua manusia, dan Allah tidak merubah semua kenikmatan tersebut. Akan tetapi manusia bisa merubah kenikmatan dari Allah tersebut melalui perbuatanya.

Bisa bertambah bahkan mengurangi kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah. Bertambah maksudnya semakin banyak kenikmatan yang dirasakan oleh manusia. Berkurang maksudnya keberkahan dari kenikmatan itu berkurang atau bahkan bisa sirna.

Bagaimana bisa berubah? Dalam surat Al Anfal (8) ayat 53 yang berbunyi ;

Artinya: (Siksaan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan meubah sesuatu nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu meubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Tafsir Ibnu katsir menjelaskan bahwa, Allah Swt. menyebutkan tentang keadilan dan kebijaksanaan-Nya dalam hukum yang telah ditetapkan-Nya, bahwa Dia tidak akan mengubah suatu nikmat yang telah Dia berikan kepada seorang hamba kecuali disebabkan dosa yang dikerjakan hamba yang bersangkutan, seperti yang disebutkan oleh ayat lain melalui firman-Nya:

{ }

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. (Ar-Ra'd: 11)

Tafsir tersebut menggambarkan bahwa kenikmatan dari Allah bisa berkurang ketika manusia berbuat dosa. Ambil contohnya misalnya uang yang berasal dari jalan haram bisa menyebabkan keluarga berantakan dan anak - anak yang tidak sholih. Dari perbuatan dosa tersebut keberkahan memiliki harta, keluarga dan anak menjadi malapetaka. Semua itu terjadi karena kemaksiatan yang dilakukan oleh manusia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline