Apakah ini egois?
Lalu, bagaimana dengan mereka yang melahirkan anak tanpa persiapan mental, finansial?
Membesarkan dengan segudang harapan dan tuntutan!!
Childfree, dulu memang tabu, tetapi sekarang menjadi tren di luar negeri bahkan di Indonesia banyak pasangan yang menikah, tetapi memutuskan untuk tidak memiliki anak.
Ada tahapan dalam hidup yang jika dijalani akan memiliki hidup yang ideal. Sekolah, kuliah, kerja, menikah lalu punya anak. Tentu teman-teman juga sudah tahu ini, 'kan! Dan kalau nggak gitu pasti dianggap nggak normal sama orang sekitar. Apalagi jika sampai memutuskan tidak punya anak, jelas ini menentang konsep keluarga tradisional bahwa menikah itu harus memiliki keturunan.
Mengapa ada orang memutuskan untuk tidak memiliki anak?
Pasangan yang menikah pastinya bahagia, tetapi akan lebih bahagia lagi jika dikaruniai seorang anak. Temen-temen juga pasti udah sering mendengar pepatah itu. Apakah dengan hadirnya seorang anak adalah satu-satunya sumber kebahagiaan?
Tunggu dulu deh, kalau berbicara sumber kebahagiaan tentu nggak datang dari kehadiran seorang anak aja. Kayaknya temen-temen perlu baca ini dulu deh biar lebih tahu kebahagiaan itu apa sih dan datangnya dari mana. baca di sini
Kalau gak punya anak, siapa yang nanti mau membahagiakan di hari tua?
Apakah fungsi memiliki anak untuk dituntut supaya bisa membahagiakan di hari tua? Loh, tadi katanya anak adalah sumber kebahagiaan, kenapa sekarang malah dituntut untuk membahagiakan orangtua?
Jangan-jangan selama ini masih banyak orangtua yang membesarkan anak dengan penuh tuntutan dan harapan supaya membahagiakan jika sudah besar nanti. Padahal anak itu bukan sapi perah yang bisa dituntut ini itu untuk membahagiakan orangtuanya.
Oke deh kalau sampai tidak punya anak mungkin tidak akan ada yang mengurusi dan membahagiakan di hari tua nanti. Banyak para pelaku childfree yang mengatakan ada panti jompo yang menyediakan fasilitas dan layanan terbaik asalkan harus bisa nabung aja.