Lihat ke Halaman Asli

Lilis Nur Mukhlisoh

Content Writer

Mom Shaming, Ancaman Serius yang Membahayakan Ibu Baru

Diperbarui: 3 Juli 2024   13:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi ibu dan anak (dok. Pixabay/Pexels)

Ketika seorang ibu baru saja melahirkan, periode pasca kelahiran seharusnya menjadi waktu yang penuh kebahagiaan dan keajaiban. 

Namun, sering kali ibu baru harus menghadapi tekanan, stres, dan kritik yang tidak perlu dari lingkungan sekitar, yang dikenal dengan istilah "mom shaming". 

Mom shaming adalah tindakan mengkritik, menilai, atau mempermalukan seorang ibu atas cara dia merawat anaknya atau menjalani perannya sebagai ibu. Tindakan ini tentunya bisa berdampak serius pada kesehatan mental dan emosional ibu baru.

Dilansir dari studi yang dikeluarkan oleh Health Collaborative Center (HCC) seperti yang dikutip dari Tribunnews, tindakan "mom shaming" di Indonesia sendiri terhitung tinggi. Melalui survei yang dilakukan oleh HCC kepada sejumlah ibu, diperoleh angka sebesar 72 persen.

Peneliti utama dan Ketua HCC, Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK, FRSPH, menyebutkan bahwa berdasarkan penelitian tersebut, 7 dari 10 ibu di Indonesia yang diwakili oleh responden pernah mengalami mom shaming. 

Dalam survei tersebut dijelaskan pula bahwa perlakuan mom shaming yang diterima oleh para responden sebagian besar dilakukan oleh orang terdekat, seperti suami, orang tua dan mertua.

Hal ini tentunya sangat memprihatinkan. Orang terdekat yang seharusnya menjadi sumber kekuatan bagi ibu baru, justru berbalik menjadi ancaman. 

Jika terus berlanjut, mom shaming bisa sangat membahayakan kesehatan fisik dan jiwa para ibu. Berikut beberapa dampak yang bisa terjadi:

1.  Meningkatkan Stres dan Depresi

Mom shaming dapat meningkatkan tingkat stres dan risiko depresi postpartum. Ketika seorang ibu terus-menerus dihakimi atau dikritik, ia bisa merasa tidak kompeten dan tidak yakin dengan kemampuannya sebagai ibu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline