Lihat ke Halaman Asli

Di Ujung Senja

Diperbarui: 23 September 2017   11:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Apa yang diperjuangkan, kini dihancurkan
Apa yang dimenangkan, kini dienyahkan
Negeri tercintaku luruh dalam balutan nafas sang waktu
Bar-bar menjadi identitas tersohor bagi bumiku
Semerbak wewangingan damai, tercerabut oleh anyir permusuhan
Etika moral bergelayut di titik nadir
Menanti terperosok...
Negeriku malang, negeriku jalang
Tenggelam dalam kebobrokan mental yang kental
Apa yang ku cinta, kini terbalur rancu
Semua samar...
Kemajuan yang kasat mata,
Hanya bermuara pada barisan pelahap ilegal rupiah berjamaah
Selebihnya,
Tergeletak pasrah pada guratan takdir Hyang Jagat
Bahkan lingkaran cahaya mentari hanya memantulkan semburat nestapa
Tak terelakkan,
Air mata menggantung di pipi bulan
Menangisi alam yang menggerutu tak bersahabat
Negeriku dipenuhi lubang-lubang borok yang tak sempat terjamah
Perut membuncit menjadi pertanda derita, bukan makmur
Sedih...
Miris...
Aku menyaksikan ratapan senja nan malang
Adakah yang masih peduli?
Kemana perginya sang pekerti?
Bahkan seorang pahlawan kesiangan pun enggan turun tangan...
Lakukan sesuatu!!!
Jika kau tak sanggup menjadi sebongkah karang yang kokoh
Jadilah kerikil yang tak bergeming terlindas zaman
Jika kau tak sanggup menjadi khalayak yang bersatu padu
Jadilah sekawanan lebah pekerja yang gencar membela sang ratu
Kayuh seluruh roda cinta sang nurani
Lalu tebarkan ke setiap sudut Ibu Pertiwi
Berikan yang terbaik...
Demi Indonesia maju...

Negeri Sebatas Khayal

Sejauh mata memandang
Tak Kulihat senyum
Elok nan permai
Dari Sang Pertiwi...

Nyanyian-nyanyian alam
Berubah menjadi tangisan
Yang tak berujung...

Ku rindu saat-saat berada
Dalam pangkuanmu...
Membelaiku dalam tidur panjangku...
Memimpikan sebuah negeri
Yang kekal nan damai...

Tak kurasa kini, hanya ada jeritan-jeritan
Membahana...
Menyemarakkan hati
Sekaligus mencengangkannya
Dalam satu euforia...

judul : aku? TKI

kubuka mata kubuka jendela
kulihat indah
wajahmu
menghias hariku
dengan senyum yang makin tak kumengerti
arti

hari ini
hari terakhir aku melihatmu
esok
aku kan pergi
meninggalkanmu

bukan
maksudku tinggalkanmu
inginku dustai cintamu

mungkin semua akan jadi indah
jika aku mampu terimamu apa adanya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline