Lihat ke Halaman Asli

lilis ernawati

Saya seorang guru/dosen yang saat ini sedang aktif di grup menulis, inovasi pembelajaran dan public speaking. Saat ini sudah berhasil membuat 9 buku antologi dan aktif mengikuti lomba-lomba menulis di beberapa link

Kembalikan Hati pada Illahi Part 1

Diperbarui: 23 Juli 2024   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Malam kian larut, angin dingin mulai menyelisip ke dalam rongga-rongga kulitku. kesedihan semakin menghampiri,  air mata semakin deras membasahi pipi. Rasa nyeri di hati semakin menyiksa kini. Ada sejuta penyesalan dan rasa bersalah yang menggelayuti. Namun semua telah terjadi. sejuta kata "Andai,..., andai,..., andai,..." terus bermain di otakku. 

Ingin kuteriak sekeras-kerasnya,...ingin kumenangis sejadi-jadinya,...Namun semua itu takakan mengembalikan apapun. Aku masih terpuruk tak sadar dengan jadi diriku. Siapa aku?! Bagaimana aku?!Dan mengapa aku ada di dunia ini?! pertanyaan yang tidak perlu ada jawaban, karena hanya berisi kemarahan dan penyesalan.

Sejatinya manusia memang  telah Allah ciptakan dengan perjanjian  saat ruh ditiupkan. Kita tinggal menjalani semuanya. takdir baik dan buruk telah dituliskan. Walau kadang hati kita tidak dapat menerima kenyataan, akan tetapi Allah memberikan ruang akal bagi kita untuk belajar ikhlas dan bersabar menerima semua takdir diri. Walau nyeri tak tertandingi, walau meradang setiap hari. Namun semua itu harus kita hadapi dan kembalikan pada illahi robbi dengan ucapan :

                             Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun. Allahumma ajirni fi mushibati wa akhlif li khairan minha. 

artinya :  "Sesungguhnya kami adalah milik Allah, dan sungguh hanya kepada-Nya kami akan kembali. Ya Allah karuniakanlah  padaku 

                       pahala dalam musibah yang menimpaku dan berilah aku ganti yang lebih baik daripadanya."

Mencintai, tak seharusnya sampai mati. Memiliki tak seharusnya enggan berbagi. Semua ada batasnya. Dimana kita harus melepas sesuatu yang dicintai, dimana kita harus mengembalikan lagi apa yang pernah kita miliki.

Walau seluruh badan terasa nyeri, walau hati terasa perih, walau pikiran terasa buntu oleh sesuatu yang seharusnya kita sadari jika semuanya hanyalah semu. Hidup di dunia ini hanya sementara. Bukan untuk mencari sesuatu yang bukan milik diri, akan tetapi mengumpulkan bekal amal untuk dibawa mati.

Alkisah. sebuah keluarga yang begitu bahagia, dengan kehidupan yang sempurna. Suami istri yang saling mencintai, harta yang  cukup mereka miliki serta anak-anak yang soleh dan solehah pun melengkapi kehidupannya. semua berjalan seirama dengan harapan.

Hingga suatu ketika, Allah memberikan tambahan kebahagiaan dengan kehamilan kembali sang istri. Semakin lengkaplah semuanya. Sesosok jabang bayi kembali hadir menambah keceriaan keluarga ini. Takbisa dipungkiri, kebahagiaan itu kadang menimbulkan suatu rasa yang berlebihan. Hingga apapun yang seharusnya tidak dilakukan dan disiapkan, disediakan begitu lengkapnya. Lupa akan sodakoh, lupa jika di sepanjang perjalanan yang mereka lewati masih banyak orang yang mengais rejeki dari sisa-sisa makanan yang masih bisa dinikmati.

Allah pun murka. kehadiran jabang bayi lucu dan menggemaskan ternyata membuatmu khilaf. Ternyata membuatmu berbuat dzolim tanpa sengaja dan ternyata membuat kehidupanmu menimbulkan mubadzir pada barang-barang yang tidak seharusnya di beli. Allah pun mengambil kembali jabang bayi tersebut karena sayang pada keluarga ini. Takut kehadiran jabang bayi ini semakin membuatnya jauh dari tujuan hidupnya yaitu semata-mata untuk ibadah kepada Illahi Robbi. Takada angin, takada hujan, tiba-tiba bayi mungil yang lucu itu sakit panas. Namuntidak rewel. semalam waktu yang cukup panjang untuk dia bertahan. Pagi hari kondisinya memburuk, langsung dibawa ke rumah sakit yang jaraknya cukup jauh dari rumah, kurang lebih 45 km atau sejam perjalanan. Namun sayang, takdir tak bisa dipungkir, malang tak bisa ditentang. Bayi mungil yang lucu menghembuskan napas terakhirnya dipelukan ibu yang sepanjang perjalanan terus saja mengagungkan sang pencipta. Memohon kesembuhan anaknya. Namun sayang, daun muda sudah kadung jatuh ke tanah, takbisa disematkan lagi pada pohon kehidupannya. pupuslah sudah semua impian dan harapan pada bayi kecil yang lucu ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline