Lihat ke Halaman Asli

Lilis Edah Jubaedah

Guru di SMPN 1 Cilegon

Jumat Imtaq, Penerapan Nilai Sila Pertama Pancasila

Diperbarui: 13 Januari 2023   19:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jumat Imtaq (Dokpri)

Jumat, 13 Januari 2023 pukul 07.00 s.d 08.00 WIB, merupakan Jumat imtaq. Mengingat kondisi cuaca yang cerah, kegiatan dilaksanakan di lapangan dengan menggelar karpet plastik (deklit) berwarna hijau. Semua siswa duduk rapi menghadap ke barat. Laki-laki sebelah kiri dan perempuan sebelah kanan. Dengan membelakangi panggung, karena sedang renovasi, selain itu menghindari anak-anak menghadap matahari.

Jika hujan turun, kegiatan serupa dilaksanakan di dalam masjid Adz-Dzikra, masjidnya SMPN 1 Cilegon. Sayangnya kurang leluasa, dengan jumlah siswa tujuh ratus lima puluh tujuah (757) orang, sementara luas masjid hanya 22m x 14m. Maka, kegiatan di masjid hanya sesekali saja ketika cuaca kurang mendukung.

Jumat Imtaq di Masjid Adz-Dzikra (Dokpri)

Dikarenakan hari ini cerah, maka lapangan Kembali menjadi sarana kami melakukan aktivitas imtaq. Walau hanya dengan doa dan beberapa surat pendek, tetapi waktu tiga puluh menit bisa tersita tanpa terasa. Pukul 07.30 sudah tiba, acara dilanjutkan dengan tausyiah pendek yang diselingi tanya jawab.

Hari ini, tema yang disampaikan adalah bagaimana menjaga ketertiban salat berjamaah. Uraian ustad tentang tema tersebut tidak berkaitan dengan hal-hal yang rumit, tetapi cukup hal-hal dekat yang terjadi di sekitar siswa, terutama kenyataan yang biasa dilakukan para siswa dalam keseharian ketika melaksanakan salat duhur berjamaah.

Sebenarnya kami salat berjamaah di sekolah itu sudah dua waktu, yaitu duhur dan ashar sebelum pulang. Akan tetapi dengan masa pandemi covid-19 yang semua kegiatan dilaksanakan melalui daring, maka ketika PTM diberlakukan, baru salat duhur berjamaah saja yang kami laksanakan. Sementara salat asharnya semoga tahun ajaran 2022/2023 bisa dilaksanakan lagi.

Kembali ke tema yang dibahas, apa saja yang menjadi indikator ketertiban salat itu? Ustad Zaenal Muttaqin, S.Ag., M.Pd., menguraikan secara singkat dan padat karena waktu yang disediakan hanya 10 menit. Sambil duduk di kursi siswa, Pak Ustad memulai dengan mencontohkan peristiwa yang terjadi di sekolah kami. Yaitu si antaranya:

  • Mengingatkan kepada anak-anak yang kalau masuk masjid masih suka rebutan, sampai-sampai saling dorong saking pengen duduk di barisan paling depan;
  • Kalau sudah wudlu tidak langsung duduk rapi di bagian dalam masjid, malah nyender di dinding masjid kemudian meledek atau menggoda anak perempuan;
  • Kalau sujud, selalu menjatuhkan lutut dengan keras, sehingga bagi orang yang berada di bawahnya terasa seperti ada gempa. Kebetulan memang di bawah masjid itu ruang guru.  
  • Cara dan warna atau motif pakaian yang digunakan dalam salat. Jangan sampai mengganggu orang lian yang sama-sama salat. Apalagi memakai baju bolong. Itu bisa mengganggu konsentrasi alat orang lain.
  • Walaupun masih anak-anak, tetapi dalam belajar salat usahakan yang sungguh-sungguh, walau belum bisa dengan khusyuk, minimal tertib.

Nah, sementara anak-anak, kalau sedang diberi pelajaran tentang sikap, kebiasaan malah suka saling tuduh. Saling menunjuk sembarangan dengan memberi keterangan asal, bahwa temennyalah yang suka seperti yang dicontohkan.

"Itu tuh Pak, Si Abyan," Adel menunjuk Abyan.

"Itu tuh Pak, Si Arya," Farel menunjuk Arya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline