Dalam hadis nomor 48 sahih Al-Bukhari menerangkan bahwa agama Islam dibangun atas tiga ajaran pokok, yaitu iman, Islam, dan ihsan. Diceritakan dari Abu Hurairah Radhiallahu 'anhu bahwasannya Rasulullah Saw bersabda: "pada suatu hari muncul kepada beliau dan para sahabat, seorang laki-laki dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, 'Apakah iman itu?' Laki-laki itu menjawab, 'iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, dan kepada hari bangkit.' Lalu laki-laki itu bertanya, 'apakah itu Islam?' Laki-laki itu menjawab 'Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, tunaikan zakat, dan diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan.' Kemudian laki-laki itu bertanya lagi 'apakah ihsan itu?' Laki-laki itu pun menjawab 'kamu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya dan bila kamu tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.'
Melalui penggalan hadis di atas menjelaskan, pada kala itu Malaikat Jibril menyamar menjadi seorang laki-laki dan datang kepada Rasulullah Saw beserta para sahabatnya. Kemudian Malaikat Jibril mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tak lain bertujuan untuk mengenalkan tiga landasan ajaran Islam, yaitu iman, Islam dan Ihsan. Untuk lebih lengkap, berikut ini adalah penjelasannya.
1. Iman
Secara etimologi, istilah iman berasal dari kata al-amn yang berarti rasa aman. Selain itu, iman dari segi bahasa Arab berarti al-tasdiq, yang berarti membenarkan. Dengan demikian dapat disimpulkan, iman adalah membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan, dan mengaktualisasikan dengan anggota tubuh bahwasannya Allah itu Tuhanmu, Islam agamamu, Al-Qur'an itu kalamullah, rasul utusan-Nya, meyakini hari bangkit, serta qada dan qadar. Keyakinan menyeluruh mengenai Allah tersebut akan menuntun manusia secara pribadi maupun sosial pada jiwa yang aman dan tenang. Sebab iman menggambarkan sifat manusia yang mengorientasikan hidupnya pada kebenaran sehingga terciptalah sifat terpuji.
Dengan demikian, iman yang menancap dalam jiwa dan raga seorang individu akan menumbukan sikap dan kepribadian yang berakhlak, baik itu akhlak kepada Allah SWT maupun akhlak terhadap sesama dan juga lingkungan alam serta makhluk hidup lainnya. Seseorang yang memiliki akhlak terpadu pasti menjalankan kehidupanya secara imbang, yaitu kehidupan di dunia dan di akhirat. Itulah yang menjadi kunci ketenangan dan kenyamanan.
Kemudian, konsep iman dalam Islam sendiri ialah sikap, perilaku, dan pribadi muslim yang meyakini ke-Esaan Allah dan utusan-Nya. Melalui utusan-Nya, para rasul ditugaskan dan diamanahkan untuk menyebarkan ajaran Allah dengan melalui wahyu berupa kitab (Al-Qur'an) dan As-Sunnah. Maka secara langsung para rasul juga berperan sebagai suri teladan bagi umatnya. Untuk itu, para rasul secara khusus diharuskan memiliki akhlak yang terpadu sebagai pemimpin dan perantara Allah SWT dalam menegakkan ajaran Islam.
Adapun tiga komponen iman, di antaranya 1) tahqiq bi al-qalb (menguatkan iman dalam hati); 2) iqrar bi al-lisan (mengucapkan keimanan secara lisan; dan 3) 'amal bi al-jawarih (melaksanakan ajaran agama dengan anggota badan). Iman dalam hati mengartikan bahwa iman tumbuh mulai dari ketetapan hati akan keyakinan Allah SWT yang Maha Esa, kalamullah, malaikat-malaikat-Nya, para utusan-Nya, hari kiamat, serta qada dan qadar. Selanjutnya, Mengucapkan iman secara lisan yaitu meyakini Allah Swt dan utusan-Nya dengan mengucapkan kalimat syahadat. Kemudian, mewujudkan iman dengan raga ialah tanda jika iman sudah mengakar secara utuh dalam pribadi muslim. Maka ia akan mampu membuktikan keimanannya secara konkrit melalui aktualisasi ajaran Allah Swt, baik itu urusan ibadah maupun muamalah.
2. Islam
Apabila ditinjau dalam hadis Nabi Saw yang disebutkan sebelumnya, "apakah itu Islam?" Laki-laki itu menjawab "Islam adalah kamu menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, kamu dirikan shalat, tunaikan zakat, dan diwajibkan berpuasa di bulan Ramadhan." Penjelasan tersebut menerangkan bahwa Islam merupakan syariat yang Allah SWT perintahkan kepada para rasul-Nya, meliputi akidah, hukum-hukum, dan akhlak. Adapun yang dimaksud dengan syariat di sini ialah sesuatu yang berkenaan dengan ajaran, hukum, dan undang-undang. Dalam konteks ini syariat merujuk pada hukum atau peraturan yang ditetapkan Allah SWT, yaitu berupa peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah, dan hubungan manusia dengan sesama dan lingkungan alam serta makhluk hidup lainnya dengan berlandaskan wahyu, yakni Al-Qur'an dan hadis.
Namun demikian, syariat sendiri memiliki dua konteks. Pertama konteks syariah secara umum, yaitu ajaran yang dibebankan kepada para mukallaf berupa tuntutan perbuatan (perintah atau larangan) baik itu dalam lingkup tauhid, akhlak, dan fikih. Oleh karena itu, syariat ialah peraturan yang bersifat mutlak dan absolut serta mencakup berbagai aspek kehidupan manusia. Baik itu yang meliputi aspek keagamaan dan keduniawian maupun aspek individu dan aspek sosial. Lalu syariat ini berasal dari seruan langsung dari Allah melalui wahyu dalam bentuk Al-Qur'an maupun hadis.