Kata pendidikan sudah tidak asing lagi bagi kita semua yang sejak dini sudah dimungkinkan untuk mengenyam jenjang pendidikan. Dari mulai pendidikan usia dini, pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah pertama, pendidikan menengah atas, hingga pendidikan ke jenjang lebih tinggi, seperti perguruan tinggi.
Jika diitinjau secara etimologi bahasa Arab, istilah pendidikan dikenal dengan sebutan tarbi'yah, berasal dari kata robaa-yarbu yang berarti bertambah dan berkembang. Makna dari kata "tarbiyah" sendiri menerangkan bahwa pendidikan bertujuan untuk menumbuhkembangkan setiap potensi yang dimiliki seorang individu secara terpadu melalui pengajaran dan pengamalan. Sehingga ia mampu mencapai derajat tinggi di hadapan Allah Swt sebagai hamba-Nya maupun di lingkungan masyarakat sebagai makhluk sosial.
Makna dari pendidikan itu sendiri berbeda dengan makna pengajaran. Jika pengajaran hanya memfokuskan perkembangan potensi pada segi intelektualitas seorang individu, lain halnya dengan pendidikan. Dalam pendidikan, seorang individu akan dibimbing dan diarahkan dengan mengoptimalkan berbagai segi potensi yang meliputi, segi fisik, intelek, emosi, spiritual, personal, dan sosial. Kemudian cakupan bidang pendidikan juga luas, yang mana ia tidak hanya berfokus pada satu bidang saja. Akan tetapi menyebar ke berbagai bidang hingga mengakar, misalnya dalam bidang Pendidikan Agama Islam terdapat beberapa cabang pendidikan, salah satunya ialah Pendidikan Akhlak.
Pendidikan akhlak merupakan salah satu jenis pendidikan Islam yang bertujuan untuk mendidik, membimbing, menuntun, mengajarkan, dan memperbaiki atau meningkatkan kualitas seorang individu sebagai hamba Allah Swt maupun selaku makhluk sosial. Melalui pendidikan akhlak manusia berkesempatan mengoptimalkan segala potensi yang dimilikinya, baik itu potensi yang didapatkan secara alamiah ataupun potensi yang diusahakan. Potensi alamiah itu sendiri ialah potensi yang sudah dimiliki oleh semua orang dari usia nol tahun dan merupakan bentuk anugerah yang Allah titipkan kepada manusia untuk tujuan digunakan dan dikembangkan. Potensi alamiah mencakup penglihatan, pendengaran, perasaan, dan akal pikiran. Sedangkan potensi yang diusahakan ialah potensi yang didapatkan manusia dengan melalui proses pengajaran, pembimbingan, dan pengamalan. Jadi, manusia memperoleh potensi yang diusahakan dengan cara melalui pendidikan.
Dalam ajaran Islam, memperoleh pendidikan akhlak merupakan bentuk keharusan. Sebagaimana Allah Swt mewahyukan Al-Qur'an untuk dijadikan bahan renungan bagi umat manusia dan juga mengutus Rasulullah Saw tak lain untuk menjadi suri teladan bagi umat muslim. Hingga kemudian melahirkan hadis dan As-Sunnah sebagai pijakan kaum muslim dalam menjalankan kehidupan. Hal itu menunjukkan bahwa apa yang Rasulullah sebarkan melalui akhlakul karimah-nya merupakan bentuk ajakan bagi umat muslim agar menjadi seorang mukmin yang terpadu.
Dalam proses menyebarkan ajaran Islam, Rasulullah Saw sendiri melakukannya secara bertahap. Bermula dari lingkungan terdekat dan terkecil, yakni lingkungan keluarga. Setelah itu, beliau sedikit bergeser ke lingkungan luar yang cukup dekat, seperti para sahabat. Lalu beliau menggeser lagi lebih luas ke lingkungan luar ialah masyarakat Madinah dan Mekah. Tahapan dalam kegiatan dakwah Islam yang Rasulullah Saw lakukan tidak hanya usai begitu saja. Setelah beliau wafat, Rasulullah memerintahkan anak, para sahabat, hingga cucu, cicit bahkan pengikutnya yakni umat muslim di seluruh penjuru dunia untuk meneruskan kegiatan dakwah Islam yang beliau lakukan sebelumnya.
Melalui kisah perjalanan dakwah Islam Rasulullah Saw, dapat kita pahami bahwa dalam memperoleh pendidikan akhlak juga perlunya tahapan-tahapan yang sistematis. Kita dapat memperolehnya mulai dari lingkaran inti dan yang terkecil dahulu, yakni lingkungan keluarga. Lalu, berlanjut pada lingkungan luar yang dekat, yaitu lingkungan sekolah. Dan setelah itu kita akan bergeser ke lingkungan luar dan luas, seperti lingkungan masyarakat. Hingga akhirnya kita akan menuju ke lingkungan terluar dan paling luas, seperti lingkungan global.
1. Pendidikan Akhlak dalam Lingkungan Keluarga
Seorang anak dilahirkan ke dunia dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun. Namun, jauh sebelum ia dilahirkan Allah Swt meniupkan ruh ke dalam janin (calon bayi), sebagai bentuk perjanjian antara Tuhan dan hamba-Nya atas kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah Swt. Kemudian dalam QS. An Nahl ayat 78 dijelaskan bahwa meski anak dilahirkan ke dunia tanpa mengetahui sesuatu pun, tetapi sebetulnya Allah Swt memberikan anugerah yakni bekal potensi kepada manusia berupa pendengaran, penglihatan, perasaan, dan akal pikiran. Bekal potensi tersebut tak lain ditujukan agar manusia bersyukur atas potensi alamiah yang ia dapatkan dari Allah dengan cara menjaga, memanfaatkan, mengembangkan, serta mengamalkannya.
Maka dari itu, melalui peran keluarga sebagai orang yang terdekat dengan anak. Potensi alamiah dalam diri anak dapat dikembangkan melalui penanaman pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga. Dengan langkah-langkah seperti berikut ini:
- Mengenalkan anak tentang pendidikan tauhid sejak dini, di antaranya mengazani anak di telinga kanannya dan membacakan iqamah di telinga kirinya pada saat baru dilahirkan, membacakan kisah para nabi, dan menanamkan pribadi muslim pada anak.
- Orangtua sebagai uswatun hasanah senada dengan istilah buah yang jatuh tidak jauh dari pohonnya. Orangtua sebagai orang yang sering bertemu dan berinteraksi dengan anak, memiliki pengaruh penting dalam pembentukan pribadi anak. Maka sebisa mungkin orangtua harus menjadi contoh baik bagi anak-anaknya.
- Pola asuh orangtua bagi anak menunjukkan pentingnya figur orangtua dalam memnumbuhkembangkan anak-anaknya. Melalui pola asuh yang bedasarkan perspektif Islam, orangtua diharapkan mampu mendidik, memelihara, dan membentuk anak menjadi sosok yang berilmu, berpribadi muslim, berjasmani sehat, berbudi pekerti, dan berjiwa sosial.
2. Pendidikan Akhlak dalam Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah merupakan wujud dari seorang individu sebagai makhluk berakal sekaligus makhluk sosial. Di lingkungan sekolah seorang anak tidak hanya menuntut ilmu tetapi ia juga berkesempatan melakukan interaksi, baik itu dengan sesama murid, guru, dan orang-orang yang berada di lingkungan sekolah. Peranan lingkungan sekolah dalam menanamkan pendidikan akhlak bagi peserta didik dapat melalui pengajaran dan pengamalan. Dimana pendidikan akhlak tidak semata pada materi ilmunya saja tetapi juga bukti berupa amal (pelaksanaan). Karena kerap kali penerapan pendidikan akhlak di sekolah hanya memusatkan pada pengetahuan muridnya dan mengabaikan pada aspek pengimplemetasian.
Untuk menanamkan pendidikan akhlak pada peserta didik di lingkungan sekolah perlu kerjasama antara pihak otoritas sekolah, tenaga pengajar, dan peserta didik. Dengan itu diharapkan pihak sekolah dapat memelihara dan menjaga, serta menciptakan strategi pembelajaran yang optimal, para tenaga pengajar tidak hanya sebagai penghubung ilmu tetapi juga dapat menjadi contoh baik bagi para muridnya, dan tidak kalah penting yaitu diperlukan kesiapan mental bagi para peserta didik agar proses aktualisasi pembelajaran berjalan semestinya.
3. Pendidikan Akhlak dalam Lingkungan Masyarakat
Sebagai makhluk sosial, hakikatnya seorang individu akan menentukan kelompok sosialnya masing-masing. Itulah mengapa kelompok sosial berpengaruh pada corak pribadi individu. Dimana setiap kelompok sosial memiliki budaya dan nilai tersendiri yang akan mengatur kehidupan masyarakat.
Pada dasarnya bentuk pendidikan akhlak tidak hanya bertumpu pada hubungan manusia dengan Allah Swt saja, tetapi berlaku pula hubungan dengan sesama, hewan, dan alam. Hal itu terutama agar terciptanya kemaslahatan dan keselarasan di lingkungan masyarakat. Jadi, aktualisasi pendidikan akhlak dalam lingkungan masyarakat alangkah baiknya secara terpadu. Menjalankan ajaran agama dan juga menjauhi larangannya, tidak menyekutukan Allah Swt dan hanya menyembah dan memohon pada-Nya, menolong dan peduli antar sesama, bergotong royong untuk membersihkan lingkungan desa, memelihara, menjaga, serta memanfaatkan kekayaan alam. Kemudian bentuk pendidikan akhlak dalam lingkungan masyarakat dapat kita jumpai melalui kegiatan kemasyarakatan, seperti majelis taklim, pengajian anak-anak, anak masjid, gotong royong, dan sebagainya.
4. Pendidikan Akhlak di Era Globalisasi
Perkembangan teknologi, informasi, dan transportasi merupakan wujud dari era globalisasi dengan memiliki sisi positif dan negatif tersendiri. Melalui eksistensi pendidikan akhlak di era gempuran globalisasi menjadi solusi dalam menangani segala dampak buruk dari sisi negatif. Baik itu berupa dampak buruk yang dapat memudarkan ajaran dan nilai-nilai agama Islam maupun peradaban masyarakat.
Hal itu dapat kita lihat saat ini keberadaan anak masjid seiring waktu berkurang dan bahkan memudar dalam budaya masyarakat. Minimnya kontribusi para anak muda dalam aktivitas keagamaan dalam masyarakat menunjukkan bahwa sedang terjadinya tantangan globalisasi. Anak muda masa kini cenderung menghabiskan waktunya bermain gadget hingga melupakan kewajibannya beribadah maupun berinteraksi dengan masyarakat sekitar. Dari kasus ini secara langsung menandakan pendidikan akhlak di kalangan anak muda mulai pudar.
Maka solusi dari masalah serius ini perlu ditangani dengan cara menyesuaikan pada kondisi saat ini. Kegiatan kajian dakwah dan forum pengajian secara daring bisa menjadi langkah awal untuk menjaga hubungan manusia dengan Allah Swt dan juga meningkatkan religiusitas seorang individu di masa serba teknologi. Sementara dalam menjaga hubungan sosial dengan sesama dapat melalui komunitas-komunitas di media sosial, grup percakapan di kolom obrolan, dan aktivitas sosial media yang kemudian mengundang interaksi dengan sesama pegguna. Meski begitu, baik aktivitas keagamaan ataupun aktivitas sosial tidak semuanya dapat dilaksanakan secara daring (dalam jaringan). Pada dasarnya Islam mengajarkan kita tetap menjaga ukhuwah Islamiyah dengan tidak menghilangkan budaya silaturahmi antar sesama umat muslim.
Penulis: Lilis Anggraeni & Bapak Asep Usman Ismail