Pertama mau naik kereta api, anakku yang perempuan malah melarangku. Rupanya berita tentang amblesnya rel kereta api beberapa waktu lalu membuat anak gadisku khawatir. Tetapi keinginan untuk naik kereta api itu begitu menggebu. Rupanya cerita beberapa teman tentang kenyamanan menggunakan kereta api cukup “ngompori” aku. Beberapa kali aku ke Yogya menggunakan bis patas atau travel . Selain waktu perjalanan yang lumayan lama, pada perjalanan yang terakhir agak lebih lama karena terjebak macet di beberapa tempat, serta cerita-cerita menarik dari teman-teman tentang berkereta api, membuat aku membulatkan tekad untuk menggunakan kereta api pada perjalanan kali ini.
Bingung juga, mau langsung saja pada hari H takut kehabisan tiket. Mau ke Stasiun Gubeng untuk pesan tiket ,,,, aduh ,,,, kan jauh dari tempat tinggalku. Kucoba untuk membuka-buka pemesanan tiket online. Duh,,,,,habis pesan online aku harus segera transfer uang. Eh,,,,,pas ke ATM untuk transfer lha kok mesin ATM nya rusak. Untung ada seorang kawan memberitahu kalau bisa pesan tiket kereta api lewat Toko Indomaret yang tidak terlalu jauh dari rumah. Olala,,,,,akhirnya dengan uang Rp 200.000 aku dapat tiket Kereta Api Sancaka Pagi kelas Eksekutif yang berangkat jam 08.15 dari Stasiun Gubeng menuju Stasiun Tugu, Yogyakarta.
Kamis pagi, setelah naik angkutan umum berbiaya Rp 10.000 dari rumah ke Pasar Turi aku oper naik taksi ke Stasiun Gubeng. Di taksi, pak Sopir yang ramah itu menanyakan turun di Stasiun Gubeng yang mana. Nah lho,,,,,,,,aku kan nggak tahu. Akhirnya beliau memberitahukan padaku, jika naik kereta api ekonomi maka naiknya di Stasiun Gubeng Lama, tetapi jika naik kereta api kelas bisnis atau eksekutif maka naiknya di Stasiun Gubeng Baru. Akhirnya sopir taksi itu mengantarkan aku ke Stasiun Gubeng Baru. Dengan membayar Rp 25.000, aku mengucapkan terima kasih sambil menyimpan nomor HP beliau. Mungkin suatu hari aku membutuhkan jasa beliau.
Jam 07.30 aku sudah sampai di Stasiun Gubeng. Sampai disana, aku menuju ke loket untuk bertanya tentang tiketnya. Petugas tiket dengan ramah memberitahukan bahwa jika sudah pesan tiket, maka sekarang tinggal print tiket di tempat nge print. Hehehe,,,,,,lha memang ini khan pengalaman pertama, ya banyak yang aku tidak tahu. Setelah bertanya kepada petugas satpam, aku ditunjukkan tempat untuk mem print tiket yang asli. Ah ya,,,,,kan yang aku dapat di Indomaret baru struk pemesanan tiket, bukan tiketnya. Ternyata cara nge print tiket mudah sekali, hanya tinggal memasukkan kode verifikasi, tiket yang asli pun aku dapatkan.
Setelah nge print, aku mencari tempat untuk duduk. Duduk di ruang tunggu aku menikmati suasana pagi itu. Nyaman, bersih dan ramah. Kesan pertama yang baik. Ih,,,,,,jangan-jangan aku mulai jatuh cinta. Hik hik hik,,,,,,jatuh cinta pada PT KAI. Ah,,,,,kan baru kulitnya. Selama menunggu, aku berbincang-bincang dengan seorang ibu muda yang kebetulan suaminya bekerja di Surabaya dan dia di Yogyakarta. Dia bercerita kalau suka menggunakan kereta api karena nyaman, santai dan lebih tepat waktu. Sayangnya beliau tidak satu gerbong dengan aku. Dia naik dengan tiket kelas bisnis yang harganya Rp 100.000.
Jam 07.45, ada pengumuman bahwa penumpang kereta Sancaka dipersilahkan ke ruang tunggu dalam. Di pintu menuju ruang tunggu, sudah ada petugas yang memeriksa tiket dan KTP penumpang. Setelah tiketku di stempel oleh petugas, aku mencari tempat duduk. Ruang tunggu yang bersih, tenang dan nyaman. Dengan diiringi musik organ tunggal, suasana di ruang tunggu itu terasa santai dan nyaman.
Tidak berapa lama, Kereta Api Sancaka Pagi telah sampai di Stasiun Gubeng. Kami segera menuju ke gerbong masing-masing. Menuju ke gerbong pun, ada petugas-petugas yang mengarahkan. Sebuah pelayanan yang cukup mengundang perasaan simpati dan kekaguman. Sampai di tempat dudukku, eksekutif 13B, kenyamanan itu semakin aku rasakan. Ih.....bener-bener jatuh cinta nih. Gerbong yang bersih, tempat duduk yang santai & longgar benar-benar memanjakan kami.
Jam 08.15, kereta mulai melaju. Perasaan nyaman aku rasakan. Petugas-petugas yang ramah menyambut kehadiran kami. Kesan dimanjakan sangat terasa bagi kami. Tidak ada pedagang asongan atau pengamen jalanan, terbebas dari macet,,,,,hem,,,,,asyik asyik asyik. Nggak berapa lama, petugas dengan ramah memeriksa tiket kami & di plong seperti yang ada di film “5 cm” itu. Hik hik hik,,,, pengalaman pertama yang benar-benar menggoda. Hanya,,,,ada sedikit yang agak mengganggu aku. Bagian restorasi menawarkan pada kami menu-menu makanan yang begitu menggoda, mulai dari snack sampai nasi goreng. Cuma,,,,(ini nich),,,,,harganya lumayan menggoda juga. Aku mencoba membeli lumpia. Rasanya enak juga sich, cuma,,,,, kalau di luar harga lumpia Rp 5000, sudah termasuk mahal, di dalam kereta api sepasang lumpia harganya Rp 15.000. Bapak yang duduk di sebelahku memesan nasi goreng & harganya Rp 25.000. Nggak apa-apa juga sich, yang penting kepuasan pelayanan telah kami dapatkan.
Tidak terasa, jam 13.00 kereta telah sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta. Perjalanannya tidak sampai 5 jam. Berbeda sekali dengan travel atau bis antar kota. Kalau biasanya saya berangkat pagi, sore jam 5 atau 6 saya baru sampai di Yogyakarta. Ternyata Stasiun Tugu tidak jauh dari Malioboro. Kalau naik becak pun hanya Rp 10.000. Kalau jalan kaki ya cuma 5-10 menit.
Pulangnya, aku pesan tiket kereta api juga. Ketika teman dari Jawa Timur mengajak naik travel, aku memutuskan untuk menemukan kembali “perasaan cinta” yang sudah tumbuh kemarin, aku tetap bertekad untuk berkereta api.. Meskipun dengan Rp 360.000 akhirnya aku dapatkan tiket eksekutif kereta malam “Bima” jam 23.30, Hik hik hik,,,,,orang jatuh cinta memang aneh ya! Dan,,,,,ternyata cintaku semakin menghunjam hati dan jiwa. Ha ha ha ,,,,,,,,,,,,,,,,,,,!!!!!!
Dari penuturan teman-teman, ternyata yang kelas ekonomi juga tidak kalah menariknya lho! Hanya dengan Rp 50.000-Rp 55.000 kita sudah bisa melancong dari Surabaya ke Yogyakarta. Mau ah !!! Kapan-kapan mau “mbolang” juga dengan kereta api ekonomi. Gimana ya rasanya? Apakah sama dengan kelas eksekutif & bisnis? Ayo,,,ayo,,,,, aku juga barusan “ngompori” teman-teman di sekolah untuk “mbolang” sama-sama.