Lihat ke Halaman Asli

Kisah Si Kucing Buta #2 - Buta

Diperbarui: 23 November 2015   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber: dok. pribadi"][/caption]Kucing Bapak saya, Abu, adalah seekor kucing kecil berwarna kelabu keturunan local dan ras tapi gen lokalnya lebih banyak. Diadopsi oleh Bapak tanggal 16 Agustus lalu saat umurnya masih 2 bulanan. Saya sama suami saat itu pulang, ikutan menjemput Abu untuk dibawa ke rumah. Kucingnya lincah banget, suka lompat dan naik-naik, dan pemberani.

Awal September lalu dia dapat musibah, kelahi dengan musang dewasa sehingga dia terluka dan terbaring 3 hari tanpa sadar. Atau mungkin sudah sadar tapi tidak bisa menggerakkan apa-apa kecuali kuping (reflek kuping kucing kalau kena sentuhan) dan menelan. Untung dia masih bisa menelan makanan cair yang disuntikkan lewat sepet ke mulutnya. Dengan begitu Abu bisa bertahan.

Abu mulai sadar hari keempat. Dimulai dengan lolongan panjang, dia mulai menggerakkan pundak. Tangannya masih lemas dan tidak bisa bergerak, begitu juga kakinya. Saya tanya Bapak apakah dokter hewan kasih suntik bius, Bapak jawab tidak. Saya ingat kucing jantan saya yang di kebiri di dokter hewan. Pulang dari dokter hewan, keadaannya masih terbius total. Terkencing-kencing di kandang dan matanya seakan berkaca-kaca, cemas. Ah, Abu pasti kebingungan sekali.

Perlahan, pundak dan tangannya mulai pulih dalam hitungan hari. Kakinya belum sama sekali. Dan selama itu pula Abu teriak dan melolong. Bahkan kata Bapak, ketika tidurpun dia melolong dan membentak. Mungkin dia termimpi-mimpi saat dia berkelahi dengan si musang. Dokter bilang mungkin si Abu shock dan trauma. Lama sekali Abu dalam kondisi seperti itu, sampai kakinya mulai pulih dan dia bisa berjalan walau tidak normal.

Abu jalan sampai nabrak penghalang, sampai tersangkut, dan terselip di celah kecil. Dia teriak dan mengeong sampai Bapak mengeluarkan dia dari celah itu. Saya curiga Abu tidak bisa melihat. Saya tanya apakah Abu bisa mendengar, kata Bapak bisa. Abu ribut kalau Bapak buka pintu, pulang dari kegiatannya. Tapi kalau dipanggil, dia lari….menjauh. Abu kalau jalan juga tidak lurus, tapi selalu memutar ke kanan. Bapak tidak tahu apakah Abu bisa lihat atau tidak, di tes pake senter tidak ngefek. Beberapa minggu saya simpan penasaran saya sampai akhirnya saya pulang dan melihat Abu dengan mata kepala sendiri.

Abu buta.

Pupil matanya bisa membesar dan mengecil, tapi tidak sama. Kadang pupil kanannya lebih kecil dari pupil kiri. Dan tidak fokus, seperti tidak memandang apa-apa. Mungkin abu masih bisa melihat cahaya, karena dia tahu kalau ada pintu atau jendela terbuka dan lari keluar rumah. Tapi juga kadang-kadang dia melompat di daerah yang tidak ada apa-apanya.

Dari jalannyapun, saya sudah menduga Abu punya kelainan. Kucing lain jalan dengan dagu agak merunduk, ujung tapak juga menurun. Abu berjalan seperti tentara, dagu mendongak, dan telapaknya lurus. Dengan begitu Abu bisa merasa apakah tegel yang dipijaknya itu akan berakhir, atau menurun berupa tangga kecil. Abu sudah tidak menabrak tembok lagi, dia akan berhenti 5 cm sebelum dinding atau penghalang lain. Abu sudah tidak masuk dan tersangkut di celah kecil lagi, tapi dahinya tetap membentur kursi atau meja kalau dia jalan dibawah kursi dan meja. Jalan si Abu juga tidak lurus, cenderung membelok ke arah kanan walaupun tidak berputar-putar seperti sebelumnya. Lari Abu juga seperti kuda, berderap dan agak melompat.

Perkiraan Bapak, gigitan musang yang dulu kelahi dengan Abu itu ada racunnya. Racun inilah yang menyerang syaraf Abu sehingga kacau. Tidak ada retak tengkorak, dan hanya ada 2 bekas gigitan tapi nampaknya fatal. Yang satu di antara mata dan telinga. Yang satu di bagian leher. Racun inilah yang membuat Abu lumpuh dan buta-separuh tuli. Mungkin penciumannya juga tidak terlalu bagus. Abu tidak sadar berhari-hari dan banyak mimpi buruk mungkin karena shock berat. Bertarung dengan hewan yang kuat, dan akibatnya fatal.

Sekarang Abu sudah bisa makan dan minum sendiri, tempat makan dan minumnya selalu diletakkan di pojokan supaya dia hapal. Tapi Abu masih belum bisa pup dan pipis di pasir. Dia gali-gali tanah di taman kecil di dalam rumah Bapak. Bau sih, tapi setidaknya tidak buang air di lantai. Abu juga lebih doyan susu. Dan tidak mau minum kalau susunya diganti air.

Saya tanya Bapak apakah masih tetap mau pelihara Abu karena Abu sekarang sudah cacat. Kalau Bapak nggak mau misalnya, saya sih mau pelihara Abu. Jawaban Bapak, “Nggak apa-apa Bapak pelihara. Bapak sayang Abu dan semangat hidup Abu besar.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline