Lihat ke Halaman Asli

Bukan Cinta Biasa

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1357471939310546624

ilustrasi: http://cencenacp.wordpress.com

Taman kota menjelang sore tampak menakutkan. Pohon-pohon tinggi dengan binatang malam mulai berterbangan di atasnya. Aku duduk di kursi tepat di bawah pohon oak. Entahlah mungkin sejenis itu, atau pohon mahoni aku tak mengerti benar, yang jelas pohon ini sangat tinggi dengan akar-akar kuat di bawahnya yang mencengkam tanah.

Aku mendongak ke atas, berharap mendapatkan ide menulis. Entahlah sepertinya tak ada yang bisa aku tulis. Mengapa otakku menjadi kosong dan tak bisa lagi berfikir. Kemudian aku melihat ranting-ranting yang bercabang kuat pada pohonnya, aaah malah membuatku ngeri dan takut untuk menengadah.

Sepertinya ini akan menjadi akhir dari karir menulisku, seorang penulis free lance di sebuah tabloid terbitan kota ini. Entah mengapa seperti ini, ataukah aku harus datang ketempat yang lebih sunyi lagi dari tempat ini untuk mendapatkan ide, kuburan mungkin? Otakku malah mengajakku untuk mencari tempat-tempat aneh yang tak pernah aku pikirkan sebelumnya.

"Hey Sarah..." tiba-tiba aku dikejutkan oleh suara laki-laki yang selama ini aku kenal baik.

"Kok kamu tau aku di sini?" Aku bertanya sambil tersenyum berusaha menyembunyikan rasa kagetku.

"Kata mamamu tadi kamu kesini,"

"Ah mama memang bukan orang yang bisa diandalkan," ucapku ketus.

"Ini udah hampir malam Sar,," aku antar pulang ya?

"Gak usah, aku pulang sendiri saja. Ucapku pada Nikko sahabatku.

Aku berlalu tanpa mempedulikannya, akupun tak berharap dia mengikutiku. Tapi rupanya dia mengikutiku dengan motor bututnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline