Lihat ke Halaman Asli

Lilih muplihat

Hanya yang suka menulis

Peyek Pembawa Cinta Pertama (Bagian Dua)

Diperbarui: 30 Mei 2023   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Setelah itu, dia kembali berkeliling menjajakan gorengan miliknya.

    Hampar 3 jam Tari berkeliling dan akhirnya dia merasa bahagia dan bersyukur, sebab gorengan yang dibawa akhirnya habis tidak tersisa.

   Padahal biasanya ada satu atau dua gorengan yang kembali dia bawa pulang. Malahan pernah suatu hari dagangan Tari tidak ada yang membeli karena ada pedang lain yang sudah menyerobot tempatnya.

     Tapi Tari tidak patah semangat karena ibunya selalu bilang, "rezeki, jodoh dan maut setiap orang sudah ada yang mengaturnya" jadi rezeki kita tidak akan tertukar dengan orang lain.

    Itulah yang jadi pegangan hidup dalam kesehariannya.

    Dan itu terbukti, sampai saat ini Tari masih bisa berjualan dan dagangannya laku juga, walaupun pedagang yang lain masih ada.

  "Kamu sudah pulang, Nak." Emak Ijah menyambut Tari dengan senyum.

    "Alhamdulillah, Mak. Hari ini kita dapat rezeki banyak. Semua dagangan Tari habis tidak tersisa," ucap Tari sembari menyalami sang Ibu.

    "Alhamdulillah. Kalau begitu, kita bisa berbagi lebih dengan tetangga nanti sore."

    Tari mengangguk, sudah jadi kebiasaan setiap Senin sore di rumah Tari selalu ada pengajian sebagai tanda syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan banyak kebahagiaan pada keluarganya.

    Sore harinya, Tari menggelar samak sampai semua lantai tertutup dan rapi. Setelah itu, ibu-ibu dan anak-anak pun berkumpul dan mengaji bersama-sama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline