Lihat ke Halaman Asli

Jangan Ributkan Masalah Agama

Diperbarui: 12 April 2017   21:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam sebuah artikel terdapat pernyataan Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA yang menyebutkan, “Pilih mana pilot muslim yang baru lulus, atau pilot non-muslim yang berpengelaman”. Artikel tersebut terkait kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), atas kasus dugaan penistaan agama yang menjeratnya.

Kasus ini sontak ramai hingga saat ini menjelang pemilihan kepala daerah DKI Jakarta yang telah memasuki putaran kedua. Mungkinkah masalah ini menjadi hangat dikarenakan faktor politik? Karena Ahok merupakan salah satu kandidat Gubernur DKI Jakarta.

Benarkah Ahok telah melakukan penistaan agama seperti yang telah dialamatkan kepadanya? Tentunya biarlah meja persidangan yang akan menghakimi dugaan tersebut dalam putusan majelis hakim nantinya.

Namun menarik rasanya mengulas kutipan yang disampaikan oleh Quraish Shihab yang menganalogikan memilih pemimpin layaknya memilih seorang pilot. Pengalaman tentu dibutuhkan untuk memberi rasa aman dan nyaman pada seluruh penumpang yang ada.

Yang terpenting dari seorang pemimpin adalah memberi rasa adil, tidak diskriminatif, dan tidak memihak kepada keyakinan yang ia imani. Jika ia mampu memberikan keadilan tersebut, dan memenuhi ketentuan sebagai seorang pemimpin memiliki kinerja baik, rasanya tidak menjadi masalah.

Lain halnya ketika Ahok menganak tirikan Islam sebagai agama mayoritas dengan tidak melibatkan mereka dalam pembangunan. Jika melihat selama ini, Ahok tidak menunjukkan itu dalam kepemimpinan yang ia jalani. Ia dinilai baik dalam menata birokrasi, dan bagus pula dalam memusuhi prilaku korupsi.

Masih menurut artikel tersebut, Prof. Quraish Shihab yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama pada kabinet Pembangunan VII (1998) menyampaikan, bahwasanya sah-sah saja jika Muslim memilih pemimpin non-Muslim. Rasanya pemahaman keagamaan beliau tentang Islam tidak perlu diperdebatkan, ia memiliki kemampuan yang baik dalam menafsirkan Al-Quran.

Berikut beberapa program yang sudah Ahok jalani ini, sepertinya dapat membuka kesadaran bersama bahwa ia berpihak pada pembangunan Islam. Ahok sudah membangun Masjid Raya Jakarta, dan telah menjadi salah satu Masjid tersbesar di Ibu Kota yang menelan biaya 170 miliar dalam pembangunannya.

Ia juga memberangkatkan Marbot (penjaga masjid) dan penjaga makam untuk Umrah, membangun Masjid di Balaikota DKI, memberikan Kartu Jakarta Pintar untuk masuk Madrasah, dan memotong jam kerja di bulan Ramadhan agar PNS Muslim bisa pulang lebih cepat untuk berbuka di rumah.

Jika melihat program tersebut, malu rasanya menyebut orang seperti Ahok sebagai penista agama Islam. Tentunya pula, kenyataan ini bertolak belakang dengan berbagai isu yang menyebutkan Ahok sebagai musuh Islam.

Harus jujur diakui, pemimpin seperti Ahok masih sangat dibutuhkan untuk meneruskan pembangunan di Jakarta. Ia tidak hanya bicara, namun telah memberi bukti dari prestasi yang ada. Jika sudah ada yang teruji, mengapa harus mencari yang tidak pasti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline