Wawancara kerja adalah tahap yang harus dilalui seseorang yang mengincar pekerjaan di perusahaan. Agar mulus melewatinya, perhatikan 2 pertanyaan bertentangan ini.
Bila Anda seseorang yang baru keluar dari sebuah pekerjaan dan tengah bersiap menjalani wawancara kerja, berhati-hatilah terhadap 2 pertanyaan ini. 2 pertanyaan yang sering diajukan pewawancara kerja ini bisa menjadi jebakan maut bagi para pemburu kerja.
Untuk bisa lolos dari sepasang pertanyaan ini, Anda harus mampu bersikap obyektif dan dewasa. Sebab bila emosi Anda terpancing untuk memberikan penilaian subyektif, bisa jadi Anda harus melupakan pekerjaan ini.
Seperti biasa, pewawancara mula-mula akan menyodorkan sebuah pertanyaan bernada positif. Mungkin ia sedang berusaha menciptakan suasana nyaman agar Anda merasa optimis dan terbuka dalam menyampaikan pendapat Anda.
Setelah semangat Anda terangkat, sang pewawancara baru akan memberikan pertanyaan dari sisi sebaliknya. Anda harus menilai sisi-sisi "negatif" obyek yang menjadi bahasan wawancara.
Dalam 2 artikel sebelumnya saya telah membahas pertanyaan tentang keunggulan dan kelemahan diri sendiri. Kini saatnya Anda diminta mengungkapkan kebaikan dan kekurangan orang lain.
Baca juga 2 Strategi Penting Menjawab Pertanyaan Wawancara Kerja:
1. Mengapa Pewawancara Kerja Sering Menanyakan Ini dan Bagaimana Menyikapinya?
2. Bagaimana Caranya Mengungkapkan Kelemahan Kita dalam Wawancara Kerja?
Wawancara Kerja: Pertanyaan Nyaman Belum Tentu Aman
Menceritakan kebaikan orang tentu menimbulkan perasaan nyaman. Tak kan ada beban di hati. Bahkan kita bisa merasa berjasa bagi orang yang menjadi obyek cerita kita.
Bila Anda baru keluar dari pekerjaan, atau resign bahasa kerennya, mungkin Anda akan mendapatkan pertanyaan yang satu ini. Ya, pewawancara kerja suka mengorek pendapat kita mengenai kebaikan mantan kita. Maksud saya mantan atasan dan mantan institusi tempat kita pernah bekerja.