Lihat ke Halaman Asli

Liliek Purwanto

TERVERIFIKASI

penulis

Hard Selling yang Bikin Emosi Terpancing

Diperbarui: 17 Juni 2021   01:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay.com/QuinceCreative

Apakah Anda pernah menerima hard selling yang tidak menyenangkan dari seseorang? Bagaimana rasanya? Saya punya pengalaman menghadapi hard selling yang bikin emosi naik hingga nyaris ke ubun-ubun.

Beberapa waktu yang lalu, saya menerima sebuah surel dari penyedia jasa web hosting. Dalam email yang dikirimkannya, admin web hosting mengabarkan bahwa kuota penyimpanan data pada paket hosting yang saya beli saya telah terlampaui.

Cukup terperanjat saya menerima kabar buruk ini. Saya merasa tidak pernah mengunggah file-file berukuran besar semacam video. Selain itu, jumlah posting yang saya unggah juga belum banyak karena usia situsnya juga masih terbilang bayi.

Maka, saya segera mengontak admin melalui sarana live chat pada situs web hosting yang dikelolanya. Sesuai hasil tinjauan yang pernah saya baca, kecepatan customer service dalam menanggapi keluhan saya patut diacungi jempol. Dengan awal interaksi yang sangat baik ini, saya berharap banyak pada si petugas layanan untuk menyelesaikan persoalan yang menimpa saya.

Nafsu Besar Seorang Penjual

Sungguh tak terduga kisah yang saya alami berikutnya. Di luar respons cepat yang memikat, ternyata ada hal lain yang menyengat.

"Upgrade aja ke paket yang lebih tinggi, Mas. Saya merekomendasikan dua paket yang pas buat Mas."

Si penjual langsung nyerocos dalam chat-nya, hanya sesaat setelah saya menyampaikan berita bahwa kuota hosting saya terlewati. Seakan-akan ia tahu betul bahwa solusi atas permasalahan saya adalah satu di antara dua paket web hosting yang ditawarkannya.

Melihat aksi marketingnya yang tanpa basa-basi, saya mencoba menjelaskan kondisi website saya secara lebih detail. Saya ungkapkan kepadanya bahwa saya merasa belum banyak menggunakan data, tetapi kuotanya tiba-tiba habis.

Terus, apa jawaban si penjual yang bernafsu besar? "Mas, kalau mau upgrade caranya gampang, kok."

Entah apa yang dilakukannya ketika saya menuliskan rincian persoalan yang saya hadapi dalam chatting-an saya sebelumnya. Berdasarkan jawaban-jawaban yang disampaikannya, saya yakin ia tidak membaca tulisan saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline