Lihat ke Halaman Asli

Liliek Purwanto

TERVERIFIKASI

penulis

Kartu Anak Nakal dan Guru yang (Akhirnya) Sadar

Diperbarui: 26 November 2019   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: kompas

Seorang guru memiliki kebiasaan memberi "Kartu Anak Nakal" bagi anak-anak muridnya yang dianggapnya telah membuat kekacauan. Dan pada tahun ajaran baru ini, Lee Gun Woo menjadi anak pertama yang mendapatkannya.

Sialnya, kartu berwarna kuning itu diperolehnya tanpa satu kesalahan pun yang dibuatnya. Waktu itu, sebuah pot bunga anggrek yang menghias kelas hancur berkeping-keping tertimpa alat pengepel lantai yang berada dalam genggaman tangannya.

Saat itu, Gun Woo terjatuh akibat dorongan seseorang dari belakang. Suasana riuh anak-anak sekelas yang sedang melaksanakan bersih-bersih ruang kelas membuatnya tak melihat siapa anak yang mendorongnya.

Apa daya, Bu Guru tak menyaksikan hal yang sebenarnya terjadi. Dan sang guru adalah pemegang wewenang memberikan apa saja bagi murid-muridnya, tak terkecuali kartu-kartu yang amat dihindari murid-murid itu.

Itulah mula dari masa depan suram yang menghantui Lee Gun Woo. Kesuraman yang bukan karena kebodohan atau kecerobohannya.

Pelanggan Kartu Anak Nakal

Masa berikutnya tamparan-tamparan silih berganti menghampiri Gun Woo. Ia menjadi "pelanggan setia" Kartu Anak Nakal. Ketika pada suatu hari tanpa sengaja ia terlambat masuk kelas seusai jam istirahat, ia harus menerima kartu untuk kedua kalinya.

Tak ayal, hari-harinya disibukkan oleh berbagai hukuman yang harus dijalaninya. Ia harus bergabung dengan tim piket membersihkan dan merapikan kelas saat ia tidak sedang piket. Tambahan 30 soal matematika pun harus diselesaikannya hari itu juga.

Dan sedihnya, Ibu Guru tak sedikit pun melirik lembar jawaban yang telah memenjarakannya di kelas hingga hampir jam lima. Jawaban-jawaban yang telah menguras tenaga dan pikirannya di kala semua teman sekelasnya mungkin telah bersantai-santai di rumah mereka.

Belum usai penderitaan Gun Woo sampai di situ. Sesampainya di rumah, ia masih harus menghadapi kemarahan ibunya lantaran tak bisa menepati janji pergi ke dokter gigi sore tadi.

Gun Woo tidak sendirian. Beberapa temannya bernasib serupa dengannya. Oleh beberapa sebab yang berbeda, mereka menjadi pengoleksi kartu kuning dari Bu Guru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline