Satu lagi viral aneh tapi nyata terjadi di negeri kita. Ada seorang wanita yang tidak bisa mengupas kulit buah salak menjadi berita besar. Kejadian yang di-video-kan itu kemudian menimbulkan "kegemparan" terutama di jagat sosial media.
Kita tak perlu heran karena wanita itu bernama Nia Ramadhani. Seandainya bukan dia pelakunya, mungkin tak akan begini jadinya. Dan sang wanita adalah seorang warga sebuah negara dengan sebagian masyarakat gumunan. Dua hal yang klop untuk menimbulkan "huru-hara dunia maya".
Beragam berita dan ulasan terkait kejadian ini pun segera membanjiri media. Ada yang menyebarkan video perihal ketidakmampuan seorang wanita dewasa membuka kulit buah salak.
Bermunculan pula artikel-artikel mengenai teknis membuka kulit buah salak dan buah-buahan lainnya. Dan masih banyak lagi konten-konten terkait si wanita.
Sudah tentu segera bertebaran tulisan-tulisan atau konten-konten dalam bentuk lain yang "menguliti" kehidupan Nia yang tak berhubungan dengan urusan mengupas kulit buah salak. Dan masyarakat gumunan segera berlomba meraup beragam konten itu.
Adakah kita termasuk bagian dalam kelompok orang yang penasaran dengan rasa ingin tahu yang demikian tinggi? Jika iya, lantas apa motivasi kita? Apakah kita punya kepentingan tertentu terkait dengan urusan mengupas buah salak? Atau bukan buah salak yang menjadi fokus kita, melainkan wanita yang tak bisa mengupas kulitnya?
Potret Masyarakat Gumunan
Rasanya kita bisa mengingat banyak hal lain yang menunjukkan kondisi serupa. Salah satu contohnya terjadi dalam dunia musik dangdut. Pada masanya dulu, ada seorang pedangdut yang mencuatkan sebuah gaya goyang yang berbeda dengan model goyang dangdut sebelumnya.
Gaya berputar-putar layaknya sebuah bor listrik menembus kedalaman bumi. Model goyang ini kemudian sangat digandrungi masyarakat.
Keberhasilan sebuah model goyang dangdut "menghipnotis" masyarakat kemudian disusul dengan maraknya berbagai jenis goyang lainnya. Para pedangdut lain seperti segera berlomba menciptakan kreasi goyangan yang berbeda mengandalkan berbagai anggota tubuh mereka.
Maka, tahap berikutnya adalah menjamurnya model-model goyang dangdut dengan keeksotisan masing-masing.
Yang tak jauh beda juga kini tengah menggejala. Saat ini budaya prank semakin merajalela. Termasuk prank-prank yang tak masuk akal hingga yang membahayakan kesehatan dan bahkan jiwa manusia. Semakin aneh semakin banyak disuka. Entah apa manfaatnya.