Lihat ke Halaman Asli

Liliek Purwanto

TERVERIFIKASI

penulis

Bencana yang Mendatangkan Persaudaraan

Diperbarui: 17 Juni 2019   17:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: tribunnews.com

Kira-kira seminggu yang lalu, saya menulis sebuah kisah hikmah Idul Fitri di sini. Ternyata kisah tersebut berlanjut dan saya mendapatkan satu lagi hikmah yang lain. Bencana kecelakaan kecil yang terjadi saat itu, yang sebelumnya saya kira bakal menjadi satu persoalan, dalam kenyataannya malah berdampak sangat positif.

Begini cerita singkat kisah dalam tulisan yang lalu. Saat perjalanan silaturahmi, mobil saya menabrak mobil lain dan menyebabkan kerusakan pada bagian belakang mobil yang tertabrak. Saya sempat mencemaskan bahwa kejadian ini bakal berbuntut panjang, menyita waktu, tenaga dan biaya.

Namun yang terjadi, suami istri pemilik mobil yang tertabrak menyampaikan bentuk penyelesaian yang melegakan saya. Dengan ramah, mereka menyatakan bahwa masalah biaya perbaikan mobil bisa dibahas lain waktu. Mereka hanya minta nomor telepon seluler saya.

Peristiwa itu memberi satu hikmah bagi saya. Sikap ramah, mudah memaafkan dan berprasangka baik terhadap orang lain mendatangkan kenyamanan dan kebahagiaan. Orang lain pun menjadi respek.

Saya yang Bersalah, Orang Lain Meminta Maaf

Setelah lewat seminggu sejak kejadian kecelakaan itu, saya belum menerima kabar terkait perbaikan mobil yang tidak sengaja saya tabrak itu. Dalam diri saya pun timbul perasaan tidak enak hati dan juga sedikit rasa cemas akan besarnya biaya perbaikan mobil yang belum pasti.

Untuk mengurangi perasaan-perasaan negatif tersebut, suatu pagi saya mencoba menyapa suami istri itu melalui nomor telepon yang mereka berikan kepada saya pasca kecelakaan tempo hari. Lantas, saya menanyakan perihal perbaikan mobil dan jumlah biaya yang harus saya bayar.

Karena tidak langsung mendapatkan respon, saya tinggalkan komunikasi dengan mereka dan melakukan kegiatan lain. Siang harinya, saya baru mendapatkan tanggapan. Kalimat pertama yang disampaikannya melalui whattsap cukup membuat saya terkejut.

Bukan hanya tidak marah, mereka justru meminta maaf kepada saya. Lha, bukannya saya yang bersalah, kok justru mereka yang minta maaf. Rasa tidak enak hati saya semakin menjadi-jadi.

Bukan Tagihan yang Datang, Tetapi Persaudaraan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline