Lihat ke Halaman Asli

Liliek Purwanto

TERVERIFIKASI

penulis

Hujan November Menyemai Harapan

Diperbarui: 8 November 2018   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto : fm1today.com

Nyaris sepanjang usia, tak pernah kami mencerap datangnya hujan sebagai peristiwa penuh makna yang suatu ketika sangat kami harap tercurah.

Karena kami merasa bukan seperti petani dengan hamparan tanaman padi yang menggantungkan kelangsungan hidup pada tercukupinya air di petak-petak sawah.

Kami pun bukan bagian dari kawanan katak yang hanya bisa bernyanyi dan berlompatan dengan gembira dalam genangan air yang melimpah.

Hingga saat kami mendapati sebuah kenyataan, kemarau musim ini benar-benar mengerontangkan tandon-tandon air yang tersembunyi di kedalaman tanah maupun yang terpasang di atas menara.

Kekeringan yang berlarat-larat menyatukan orang-orang dengan ember dan jeriken bersabar memutari sumur artesis menanti tetesan air yang tak banyak bersisa.

Musim panas tahun ini tak cepat berlalu, memaksa manusia yang biasanya menyiram apa saja tanpa kira-kira menjadi banyak berhitung sebelum menumpahkan air walau seciduk saja.

Dan hujan yang mengguyur tanah kami di awal November telah meyakinkan kami bahwa setiap yang dilimpahkan-Nya tidaklah sia-sia.

Kami menyaksikan titik-titik air dari langit-Nya kembali mengaliri pipa-pipa bawah tanah menuju rumah-rumah warga.

Kami pun menjumpai bak-bak penampungan dan tempat-tempat penyimpanan di kediaman kami mulai terkucur air bersih setelah timpas sekian lama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline