Kelak saat ajal menjemput, semua harta benda yang kaupunya akan kautinggalkan, termasuk gawaimu. Karena itu, semasa hidup, jangan engkau terus mengaribnya sepanjang waktu. Sesungguhnya kedudukan gawaimu tidak lebih tinggi ketimbang barang-barang lain milikmu. Mereka setara, hanya titipan untuk masa tertentu. Selama-lamanya pun hanya sebatas usiamu.
Engkau perlu menjatah waktumu secara bijaksana. Memberi perhatian sepadan untuk masing-masing benda. Kendaraanmu telah setia mengantarmu ke mana-mana. Maka engkau perlu membasuhnya agar lumpur tidak telanjur menyusup dan bersenyawa dengan body dan kaca-kacanya. Dan buku-buku yang membisu di rak kayu mungkin juga tidak ingin seumur-umur terkucil di sana.
Tentu mereka ingin engkau sesekali menyapa, atau setidaknya menghalau debu yang memburamkan sampul bening yang mengelumuninya.
Bahkan kitab yang engkau bilang suci, engkau biarkan terkungkung seperti dalam bui. Seakan-akan mukjizatnya sudah bukan hajatmu lagi. Padahal sebenarnya dialah sebaik-baik perangkat yang harus kau akrabi. Agar ayat-ayat yang dikandungnya mengangkat derajatmu pada tingkat yang lebih tinggi.
Malam ini pun, seusai Magrib istrimu telah menyajikan santap malammu dengan sabar. Namun sepertinya rongga pencernaanmu sudah kebal dari rasa lapar.
Sudah berulang kali pula wajah imut putra kecilmu kautatap, gelisah menanti tuturan kisah nabi dan para sahabat. Namun masih saja engkau berkilah dengan beragam alasan yang kaubuat-buat.
Sudahlah, gawaimu juga mengangankan rehat sejenak di bawah sinar lampu yang redup. Setelah nyaris sehari penuh melayanimu dalam menunaikan hampir semua kebutuhan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H