Festival Qingming yang jatuh pada tanggal 4 April lalu merupakan salah satu dari "empat festival besar tradisional" di Tiongkok, yaitu Festival Pertengahan Musim Gugur, Festival Perahu Naga, Festival Musim Semi (Imlek), dan Festival Qingming. Hari libur Festival Qingming di Tiongkok berlangsung selama 3 hari dari tanggal 4-6 April kemarin. Pada hari libur ini banyak masyarakat Tiongkok yang bertamasya ke luar kota dan menikmati keindahan musim semi.
Sembahyang kubur adalah kebiasaan kuno pada Festival Qingming. Pada hari ini, orang-orang akan membersihkan makam kerabat mereka yang telah meninggal dan membakar uang-uangan kertas. Di beberapa tempat, makam yang terbuat dari tanah akan ditambahkan tanah untuk mengukuhkannya. Ada juga beberapa tempat yang tidak membakar kertas atau dupa, hal ini terkait dengan peraturan perlindungan lingkungan saat ini, namun ada juga alasan larangan pembakaran pada saat Festival Qingming. Di tempat tersebut, masyarakat menggantungkan uang-uangan kertas di dahan pohon di atas makam.
Selama Festival Qingming, pemandangan musim semi sangat cerah, rumput dan pepohonan berwarna hijau, ini adalah saat yang tepat bagi orang-orang untuk beraktivitas di luar rumah di musim semi.
Kegiatan sembahyang kubur pada Festival Qingming sering diadakan di pedesaan. Masyarakat memadukan aktivitas penghormatan pada leluhur dan membersihkan makam dengan bertamasya, hal ini tidak hanya untuk mengenang leluhur tetapi juga untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Kegiatan tamasya rakyat di musim ini memiliki sejarah yang panjang di Tiongkok.
Menerbangkan layang-layang juga adalah aktivitas favorit selama Festival Qingming. Menerbangkan layang-layang adalah salah satu kegiatan paling populer selama Festival Qingming. Masyarakat dahulu percaya bahwa jika ada yang sakit, mereka dapat menulis atau menggambar penyakitnya pada layang-layang yang diikat, mengikat layang-layang tersebut dengan tali dan menerbangkannya ke udara. Ketika terbang tinggi ke angkasa, tarik talinya dan potong, penyakit dan bencana akan terbang bersama layang-layang. Belakangan, layang-layang berangsur-angsur berkembang menjadi kegiatan yang populer.
Bermain ayunan juga adalah kebiasaan Festival Qingming pada masa Tiongkok kuno. Ia memiliki sejarah yang sangat kuno, pada zaman dahulu, ayunan kebanyakan terbuat dari dahan pohon yang diikat dengan pita warna-warni. Belakangan, lambat laun berkembang menjadi ayunan dengan dua tali dan papan, yang sangat disukai anak-anak.
Kebiasaan menanam pohon willow berkaitan dengan menghindari penyakit. Orang-orang pada Dinasti Tang percaya bahwa memakai ranting pohon willow di kepala mereka dapat melindungi mereka dari serangga beracun saat melakukan ritual penghormatan kepada leluhur di tepi sungai. Hal ini dikarenakan, iklim lebih hangat di saat musim semi, dan berbagai kuman mulai berkembang biak. Orang-orang dengan kondisi kesehatan yang buruk hanya bisa berharap dapat terhindar dari penyakit.
Saat Festival Qingming sering turun hujan, sehingga bibit yang ditanam memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi dan tumbuh dengan cepat. Oleh karena itu, sejak zaman dahulu, Tiongkok memiliki kebiasaan menanam pohon saat Festival Qingming. Beberapa orang juga menyebut Festival Qingming sebagai "Hari Menanam Pohon". Kebiasaan menanam pohon pun masih diwariskan hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H