Hari berganti siang tanda kehidupan terus berputar, dari jalan Desa Toyareka, Kecamatan Kemangkon Kabupaten Purbalingga. Senyuman hangat merekah dari paras yang tengah melintas di area persawahan sana. Sampailah pada satu rumah yang sedang ramai warga duduk bersila.
Sapaannya ramah, penuh tawa dan suka cita menanti kehadiran seseorang yang akan singgah di sana. Tumpukan limbah menggunung di depan mereka. Bukan sembarang limbah yang dibuang begitu saja, melainkan limbah yang mempunyai nilai guna. Limbah kayu lapis namanya, diambilnya dari pabrik-pabrik yang tersebar di Purbalingga.
Mereka menyapa, lalu mengajak bercerita bagaimana kehidupannya bisa lebih baik daripada sebelumnya. Tawa mereka begitu lepas, meski jari-jemarinya disibukan memotong limbah kayu lapis yang amat tipis dihadapannya.
Meski sudah lanjut usia, semangat mereka sungguh membara. Tangannya masih terampil memotong limbah kayu lapis yang menumpuk di depannya. Limbah tersebut dipotong-potong menjadi stik es krim yang siap dijual ke mana saja. Berbekal alat potong yang ada, potongan stik es krim menjadi lebih rapi dan tertata.
Mereka asyik dengan apa yang dikerjakannya. Ikat demi ikat stik es krim mereka rampungkan sembari menunggu kehadiran seseorang di sana. Hingga mereka memilih berhenti sejenak dan saling bertukar cerita.
Usut punya usut, warga yang sedang berkumpul tersebut merupakan warga binaan seorang Babinsa Koramil 06/Kemangkon Kodim Purbalingga, Pelda Margiyono bersama istrinya Yuli Handayani dari Desa Pegandekan dan Desa Toyareka. Kurang lebih 16 tahunan warga diberdayakan untuk membuat stik es krim dari limbah kayu lapis yang ada dengan sistem plasma.
Jika selama ini limbah kayu lapis hanya dijadikan sebagai kayu bakar atau berakhir di perapian. Di tangan Yuli, limbah tersebut diubah menjadi suatu barang yang bernilai guna. Yuli tak bisa bekerja sendiri apalagi permintaan pasar yang kian meningkat membuat dirinya kewalahan.
Bersama dengan suaminya, mereka lalu mengajak warga di bawah binaan tugas suaminya untuk memproduksi stik es krim. Kebanyakan dari mereka memang sudah lanjut usia dan pekerjaannya hanyalah buruh yang bayarannya memang tak seberapa. Keinginan besar Yuli dan suami pun disambut dengan begitu antusias oleh masyarakat.