Lihat ke Halaman Asli

Lilian Kiki Triwulan

TERVERIFIKASI

Always be happy

Sepiring Cimplung dari Negeri Bernama Kaliori

Diperbarui: 9 Agustus 2021   17:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menikmati cimplung hangat/Foto: Imamshart

Kebul asap dari balik rumah berdindingkan anyaman bambu membumbung tinggi. Aroma kayu bakar bercampur manisnya gula jawa menyeruak menusuk hidung yang tengah tertutup masker.

Bau lezat dengan kekhasannya itu menyembul dari arah dapur rumah yang berada di balik sebuah masjid yang cukup besar. Lantainya bukanlah dari keramik atau semen melainkan hanya tanah. Berdindingkan papan kayu juga triplek dengan atap yang berlubang di beberapa titiknya.

Tapi sungguh aroma itu sungguh mengusik, apalagi di saat kondisi perut terus berbisik minta diisi. Benar saja, setelah mengintip dari balik pintu dapur milik seorang warga di Dusun Pengampiran, Desa Kaliori, Kecamatan Karanganyar rupanya si pemilik rumah tengah memasak cimplung.

Cimplung, begitulah masyarakat Desa Kaliori dan masyarakat Purbalingga menyebutnya. Cimplung ini merupakan olahan dari singkong yang berpadu mesra dengan air nira dan dimasak dengan penuh cinta, uhhhh ... rasanya asliiii mantap jiwa apalagi dimakan pas lagi anget-angetnya.

Menikmati sepiring cimplung hangat/Foto: Imamshart

Kebetulan di Dusun Pengampiran, Desa Kaliori ini banyak dijumpai tanaman singkong. Selain itu, banyak juga dijumpai pohon kelapa yang dimanfaatkan oleh warga setempat untuk diambil niranya. Nira ini merupakan bahan baku untuk pembuatan gula jawa atau gula merah. Bahkan kini sudah diolah secara modern menjadi gula kristal atau gula semut yang mulai merambah pasar ekspor.

Kembali lagi ke cimplung, ketika seorang perempuan berusia lanjut tengah duduk di dekat pawon (kompor dari tanah liat dengan bahan bakar menggunakan kayu bakar,red). Sebut saja Bu Nyai yang tengah memeriksa api agar tetap stabil tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil agar cimplung yang sedang dimasak matang sempurna.

Mungkin ini yang dimaksud "semua akan datang di waktu yang tepat", cimplung yang dimasak Bu Nyai ini sudah matang. Asapnya langsung kemana-mana dan hampir menutupi bagian dapur miliknya. Diambilnya cimplung itu dari panci berukuran sedang dan ditatanya ke dalam piring.

Duhhh ... perut langsung meronta -- ronta melihat cimplung yang sudah siap santap ada di depan mata. Apalagi disantapnya pas perut masih kosong, ditemani secangkir teh manis hangat, nikmatnya tiada duanya ...

Menikmati sepiring cimplung hangat/Foto: Imamshart

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline