In history lies all the secrets of statecraft.
Confucius, filsuf Cina (551-479 BC)
Sejarah Tangerang
Kata Tangerang bermula dari nama untuk tugu yang didirikan oleh Pangeran Soegiri, putra Sultan Ageng Tirtayasa dari Kesultanan Banten.
Tugu tersebut terletak di Barat Sungai Cisadane. Masyarakat sekitar menyebutnya Tetengger atau Tanggeran, yang berarti tanda atau penanda.
Fungsi tugu itu sebagai penanda wilayah Kesultanan Banten dengan VOC Belanda. Di sebelah barat tugu menjadi wilayah Kesultanan Banten. VOC menguasai sebelah timur sungai Cisadane.
Tanggal 17 April 1684, Kesultanan Banten yang diwakili Sultan Abunnashri Abdulkahar menandatangani perjanjian dengan VOC. Isinya menyatakan bahwa VOC sepenuhnya menguasai wilayah Tanggeran.
Pasca penandatanganan perjanjian tersebut, nama Tanggeran berubah menjadi Tangerang. Penyebabnya karena kesalahan ejaan dan dialek yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Kota Tangerang juga terkenal dengan sebutan Kota Benteng. Istilah 'Benteng' berasal dari benteng pertahanan dan pusat pemerintahan kemaulanaan.
Tiga maulana yang membangun benteng-benteng itu yaitu Aria Santika, Aria Yudhanegara, dan Aria Wangsakara. Mereka adalah kerabat jauh Sultan Banten.
Benteng-benteng tersebut menjadi pusat perlawanan Sultan terhadap Belanda. Untuk membantu perekonomian Kesultanan Banten, yang semakin rugi karena sistem monopoli dagang VOC.