Pikiran saya melayang ke dua puluh delapan tahun yang lalu, tepatnya tahun 1994. Tahun dimana saya, akhirnya, memutuskan untuk keluar dari dalam tempurung.
Saya lahir di Sukabumi, dan tinggal di kota itu hingga lulus SMP. Selepas itu, saya memilih keluar dari kota Sukabumi, dan menimba ilmu di SMA Regina Pacis Bogor.
Itulah pengalaman pertama tinggal di luar kota. Rasanya menyenangkan bisa tinggal di tempat yang baru, punya teman baru, merasakan suasana baru, juga menikmati sekolah baru.
Bogor kota yang eksotis dan hijau. Di tahun 1994, udara disana pun masih terasa dingin. Dan hanya ada 1 mal kecil di dekat Recis.
Saya memilih tempat kos yang dekat dengan sekolah, Gang Baru No. 16. Sehingga setiap hari saya dapat berjalan kaki saat pergi dan pulang sekolah.
Tempat kos ini terbilang cukup tinggi harganya, namun lokasinya begitu dekat dengan Recis. Bangunannya unik, kuno, kamarnya cukup luas, dan lengkap dengan furnitur (ranjang, lemari pakaian, dan meja belajar).
Pemilik kos melengkapi rumah kos ini dengan 1 set sofa beserta TV, di ruang tengah. Dimana anak-anak kos dapat nonton bersama, dan bersosialisasi dengan penghuni lainnya.
Selain itu, ada pula 1 buah mesin cuci, 1 buah kompor untuk memasak, 3 buah kulkas, dan 2 set meja makan. Ada seorang pengawas kos yang membantu mencuci dan menyetrika baju-baju anak kos. Dan selalu ada 2 termos nasi putih setiap hari.
***
Awalnya, saya agak canggung bersosialisasi dengan anak-anak kos lain. Sebab belum terbiasa tinggal bersama dengan belasan anak perempuan, yang karakternya berbeda-beda dan unik.
Lama kelamaan, kami saling kenal, bahkan akrab. Saya berkawan karib dengan senior bernama Inge dan Hennie. Dari merekalah saya banyak mendapatkan ilmu sosial dan IPA, serta informasi seputar guru juga sekolah.