Penderitaan
Tanpa ego
Tak ada yang abadi
Damai dan Harmonis
Namaku Medika Lestari, orang-orang memanggilku Medi. Aku ini produk keluarga gagal, alias bercerai. Sayangnya, hal itupun menimpa kehidupan rumah tanggaku.
Kehidupanku pun seperti kena kutuk, penuh dengan kesengsaraan. Jika bahagia itu seorang laki-laki, ibaratnya dia tak pernah tertarik melirikku.
Jarang sekali kutemukan orang-orang yang tingkah lakunya manis. Aku dikelilingi manusia-manusia menyebalkan yang berlaku sembarang. Dan mereka semua itu membuatku sakit hati dan sedih.
Bukan hanya itu, aku seperti magnet untuk hal-hal pilu, yang benar-benar aku benci. Segala hal yang tidak diharapkan, justru itu yang terjadi. Apa yang kuharapkan terjadi, malahan berlari menjauh dariku.
Bahkan, di kamusku hanya ada kata gagal. Apapun yang kukerjakan, pasti ada saja rintangan yang tak dapat kutaklukkan. Hidupku penuh penderitaan, dan aku membenci banyak orang.
Suatu kali, tak sengaja kudengar gosip orang-orang di sekelilingku. "Nah, si tukang onar tuh," tutur seorang cewe muka badak, yang seenak-enaknya memberikan stempel jelek.
Selang beberapa hari, aku dan cewe muka badak terbelit adu mulut nan heboh. Ujungnya, kami berdua bergulat dan saling jambak. Hingga akhirnya Pak RT datang melerai.
Ketika kabar tawuran itu terdengar ibuku, dia datang bersama sekeranjang nasehatnya. Duh, kata-katanya memojokkan dan meremukkanku.
"Neng, kamu itu sudah 30 tahun, masih juga berantem dengan tetangga seperti anak kecil," kata ibuku sambil membuat sambal mangga kesukaanku.
"Yang salah itu dia, bu," sanggahku, "Bukan aku yang mulai, dia yang mulai, bahkan dia gosipin aku ke orang-orang."