Berapapun jumlah anak yang Anda rencanakan, angka itu akan berdampak untuk keluarga bahkan pada permasalahan global.
Akar dari Permasalahan Global
World Bank melansir di tahun 2022 ada sekitar 7,762 trilyun manusia di Bumi. Dan tahun 2050, angka itu diprediksi menjadi 10 trilyun.
Jika manusia tidak hidup bijak, kelak 10 trilyun orang tidak dapat hidup bersama-sama di Bumi, sebab jumlah tersebut teramat banyak. Apakah kelak Bumi dapat memenuhi kebutuhan hidup 10 trilyun manusia?
Earth provides enough to satisfy every man's need but not his greed. (Gandhi)
Seandainya saat ini 7,762 trilyun orang tidak menjaga alam dan segala sumber dayanya, di masa depan alam akan kehilangan kekayaannya. Dan ketika itu terjadi, semua umat manusia akan menderita.
Dari sisi ketatanegaraan, semakin banyak populasi warga negara, maka beban hutang negara semakin kecil. Alasannya karena hutang tersebut ditanggung oleh sejumlah besar orang.
Sedangkan dari sisi kependudukan, populasi akan mempengaruhi banyak hal, seperti:
- Jumlah energi yang dipergunakan.
- Jumlah sumber daya alam yang diambil untuk memenuhi kebutuhan hidup.
- Luas lahan hijau yang dialihfungsikan menjadi jalan raya, jalan layang, dan jalan tol.
- Jumlah produksi kendaraan.
- Jumlah polusi karbondioksida (CO2) akibat berbagai kegiatan.
- Luas tanah yang dijadikan perumahan.
- Laju perdagangan lintas daerah, lintas pulau, dan lintas negara.
- Jumlah ketersediaan dan daya tahan pangan.
- Percepatan globalisasi.
- Jumlah timbunan sampah yang tidak dapat di daur ulang, dan sebagainya.
Begitu banyak masalah yang timbul akibat banyaknya jumlah populasi manusia. Secara teori, solusi dari masalah ini adalah pengendalian penduduk dan penyelengaraan keluarga berencana.
Budaya Indonesia tentang Anak
Realita di lapangan, jumlah keturunan lebih dipengaruhi oleh budaya. Dimana masyarakat Indonesia mengenal slogan "banyak anak banyak rejeki". Budaya ini tertanam turun temurun, dan memberi dampak pada kehidupan sosial.
Pada suatu penelitian di Jawa Timur, keluarga yang memiliki anak lebih dari 2 orang bukan karena keinginan orang tua terhadap jenis kelamin anak tertentu, namun karena nilai anak yang dianut (Adelina, 2017).
Masyarakat percaya jika anak dapat membantu ekonomi keluarga. Tiap anak mendatangkan kekayaannya masing-masing untuk orang tua.