Lihat ke Halaman Asli

Lilia Gandjar

TERVERIFIKASI

Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Buat Apa Dilarang? Dukung Anak Main Game!

Diperbarui: 20 Juni 2020   16:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shutterstock via projectboldlife.com

Games are designed to be addictive.
John Hopson - Peneliti di Microsoft Game Studios

Game bersifat adiktif. Sebab memang sengaja dirancang demikian. Game itu adalah lahan bisnis yang subur.

Dampak adiktif dari game, inilah yang paling ditakuti para orang tua. Wajar, karena anak yang kecanduan game bertingkah aneh. Tidak rasional.

Mereka kehilangan kemampuan bersosialisasi. Tidak cukup bergerak ataupun melakukan permainan fisik. Bermasalah dalam pelajaran, kesehatan hingga finansial.

Kids need to play games in order to be competitive in the current job market.
FAS -The Federation of America Scientists

Di samping dampak negatif, game memiliki efek positif. Melatih anak berpikir. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah. Menumbuhkan semangat kerjasama dalam tim. Juga mendidik anak untuk membuat keputusan singkat.

Dalam suatu game, ada nilai-nilai kehidupan. Ada pula yang mengajarkan keahlian kerja. Bahkan ada game yang menggabungkan keahlian bercerita dan olah raga.

Bermain Game di Gadget

Jadi, apakah bermain game di gadget boleh? Saya, sebagai orang tua dan pendidik, mendukung game untuk anak-anak. Dengan catatan, game menjadi alat untuk belajar. Bukan menjadi 'allah'.

Ada sekitar 9 jenis game komersil yang beredar. Baik itu game yang gratis ataupun berbayar.

Dari semua jenis itu, tidak semua game boleh dimainkan seorang anak. Jenis game, harus disesuaikan dengan umur anak. Sehingga apa yang dikonsumsi seorang anak, sesuai dengan kebutuhannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline