Tujuan awal lockdown di seluruh bagian dunia untuk menghambat laju penyebaran Covid-19. Ujungnya lockdown menjadi kisah tragedi ekonomi. Awal mula bertumbuhnya kemiskinan global.
Epidemik kehilangan pekerjaan adalah awal inflasi. Menyusul adanya resiko kenaikan harga bahan-bahan makanan. Oleh karena itu kegiatan perdagangan harus tetap berjalan normal agar masyarakat tidak panik.
Goncangan ekonomi terjadi secara periodik, baik ekonomi nasional maupun ekonomi internasional. Ada berbagai pandemik dan beragam perang yang menjadi penyebabnya. Tetapi, dalam banyak kasus, goncangan ekonomi terjadi akibat berkurangnya permintaan agregat -aggregate demand.
Covid-19 menghantam ekonomi dunia dengan guncangan permintaan dan penawaran yang bertubi-tubi. Sehingga dalam laporannya, San Francisco Federal Reserve menyimpulkan bahwa efek samping makroekonomi dari pandemi tersebut akan bertahan sekitar 40 tahun. Sedangkan Daniel Mahler dan Christoph Lakner menulis bahwa World Bank memprediksikan bahwa Covid-19 menyebabkan 40-60 juta orang menjadi sangat miskin.
ILO -International Labour Organization- memperkirakan penambahan jumlah orang miskin baru di negara berkembang pada tahun 2020 antara 9 dan 35 juta orang. Kebanyakan adalah yang berpenghasilan menengah. Dimana garis kemiskinan World Bank yang diacu adalah di bawah mereka yang pengeluarannya US$ 3.20 per hari atau setara dengan Rp 48.000,00 per hari.
International Food Policy Research Institute -IFPRI menggelar penelitian yang dilakukan oleh 30 lembaga survei yang lebih banyak berfokus pada Afrika dan Asia Selatan. Hasil survei menunjukkan bahwa berkurangnya GDP global sekitar 1% akan menambah kemiskinan pada 14-22 juta orang. Dua per tiganya yang terimbas adalah penduduk pedesaan. Estimasi tersebut berdasarkan garis kemiskinan World Bank, di bawah mereka yang pengeluarannya US$1.90 per hari atau Rp 28.000,00 per hari.
Negara dengan angka kemiskinan terbesar adalah India (12 juta), Nigeria (5 juta), dan Republik Demokrasi Kongo (2 juta). Sedangkan negara-negara seperti Indonesia, Afrika Selatan dan Cina diperkirakan memiliki 1 juta orang yang menjadi sangat miskin akibat Covid-19.
Dimana batas sangat miskin yang dimaksud adalah orang yang biaya hidupnya kurang dari US$ 3,20 (Rp 48.000,00) per hari atau US$ 5,50 (Rp 82.000,00) per hari.
***
Dampak Covid-19 jangka panjang akan sangat berpengaruh pada makroekonomi. Dengan adanya prediksi peningkatan kemiskinan global, maka ada dua agenda besar para pemimpin negara di seluruh dunia.
Pertama adalah 'bagaimana mengentaskan kemiskinan global'. Agenda kedua adalah 'bagaimana mempersiapkan program healthcare' yang paling efektif. Mulai dari undang-undang hingga teknis lapangan yang baik. (*)