Lihat ke Halaman Asli

Lilia Gandjar

TERVERIFIKASI

Penikmat aksara dan pencinta kata-kata.

Bijak di Tengah Ketidakpastian

Diperbarui: 4 Mei 2020   05:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: www.shutterstock.com

Seri Hidup Bijak:

Bijak Self-Care di Tengah Ketidakpastian

Bijak Health-Care di Tengah Ketidakpastian ( bagian 1)

---------------


Saat ini, banyak orang yang harus mengalami perubahan kondisi. Orang-orang yang awalnya bekerja, saat ini tidak memiliki pekerjaan. Ada karyawan yang masih beruntung memiliki pekerjaan, namun terpaksa bekerja dari rumah. Guru-guru sekolah harus mempelajari teknologi dan mengembangkan cara baru untuk menyampaikan pelajaran secara online. Para pelajar yang awalnya terbiasa dengan sistem belajar tatap muka, kini harus terbiasa menatap komputer atau layar handphone.

Perubahan kondisi ini terjadi secara tiba-tiba dan 'entah kapan' keadaan akan kembali normal. Banyak orang yang berharap keadaan ini segera berlalu. Namun kenyataannya hingga kini belum ada kepastian. Perekonomian dunia masih dilanda resesi. Dunia kedokteran internasional pun belum menemukan obat mujarab untuk Covid-19.

Ketidakpastian timbul dari masalah yang berlarut-larut. Satu masalah timbul dan belum selesai, namun datang lagi masalah berikutnya. Keadaan ini seperti perahu yang terombang-ambing di tengah badai. Diterjang gelombang yang tak kunjung berhenti. Dihempas angin ribut yang terus bergemuruh. Akibatnya memicu perasaan tidak nyaman dan tidak aman.

Ketika seseorang merasakan suatu bahaya, respon alamiahnya adalah menolak. Dia akan berusaha meminimalkan ketidakpastian yang dihadapinya. Untuk meminimalisasi ketidakpastian, perlu suatu strategi. Tujuan berstrategi agar dapat melihat perubahan dari sudut pandang yang positif. Sehingga dengan sadar dapat mengambil keputusan yang benar berdasarkan kehendak dan inisiatifnya sendiri.

Bijaklah merencanakan sesuatu di tengah ketidakpastian. Dalam keadaan yang penuh dengan tekanan, seorang individu cenderung membuat perencanaan yang kurang matang. Ini adalah akibat dari kurang mampu membuat prediksi yang efektif dan akurat. Depresi mengurangi kemampuan seseorang untuk membangun konsep pikirannya. Kualitas performa dan kinerja orang ini akan cenderung berkurang. Dia akan lebih sering salah menginterpretasikan sesuatu. Kurang tanggap dan kurang mampu memahami masalah dengan cepat. Senang berkhayal dan hidup dalam ilusinya. Orang ini tidak mampu menyusun strategi untuk merealisasikan tujuan hidupnya dan teguh menjalaninya.

Setiap orang perlu mempelajari keahlian memprediksikan masalah di masa depan. Dengan mengobservasi masalah-masalah yang ada di saat ini, mencermati data yang disajikan oleh kenyataan yang dihadapinya. Membandingkan fakta dirinya dengan data-data teman atau orang-orang disekelilingnya. Keahlian tersebut bukan talenta yang dibawa sejak lahir, namun teknik yang harus dipelajari dan terus menerus dilatih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline