Lihat ke Halaman Asli

Nasib Warga yang Digusur Penguasa Lalim

Diperbarui: 1 Maret 2017   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: telegram.co,id

Apa yang dapat Anda pikirkan ketika rumah yang telah Anda tinggali puluhan tahun tiba-tiba digusur oleh penguasa, padahal, di rumah itulah segala aktivitas kehidupan Anda lakukan, mulai dari aktivitas sehari-hari hingga aktivitas usaha? Bagi orang-orang yang tidak pernah menjadi korban gusuran, mungkin hanya akan menganggapnya sebagai persoalan-persoalan biasa. Tapi, bagi warga korban gusuran, seperki masyarakat Kampung Pulo, penggusuran ibarat membalik kehidupan mereka 180 derajat.

Tempat yang dulunya menjadi rumah milik mereka, bangunan yang menjadi lahan kehidupan mereka, halaman tempat anak-anak mereka bermain, tiba-tiba harus digusur, dan mereka dipindahkan ke tempat yang asing bagi mereka, yakni di rusunawa. Warga korban gusur ibarat pohon yang dicabut dari habitatnya kemudian ditanam ditempat lain. Pohonnya memang bisa hidup, tapi bukan habitat mereka.

Warga Kampung Pulo yang tadinya memiliki rumah sendiri, punya bangunan usaha, kini terpaksa harus menyewa rumah susun. Artinya, rumah-rumah yang mereka miliki kini diganti oleh pemerintah dengan rumah susun yang itupun bukan milik sendiri, tapi harus disewa. 

Bahkan dengan penderitaan baru nan bertubi-tubi yang mereka hadapi, mereka masih mendapatkan sumpah-serapah oleh pemimpin mereka yang selalu menganggap mereka telah menyerobot tanah negara, membangun rumah di atas tanah negara, dianggap nyolong, dan lain sebagainya.

Padahal, penduduk yang tinggal di pinggiran sungai pun sudah menempati rumah mereka puluhan tahun, bahkan mereka beranak-pinak di tempat itu. Bisa jadi, sebagian besar warga yang tinggal di Kampung Pulo sudah tinggal jauh-jauh hari sebelum Ahok datang ke Jakarta.

Artinya, kalau pun Ahok ingin merelokasi warga pinggiran sungai, diajak berdialog dengan baik, tempat relokasi juga tidak jauh dari tempat semula dan tempat kerja mereka. Jangan hanya para pengembang besar yang diberikan kesempatan untuk membangun gedung-gedung pencakar langit di tempat-tempat strategis, sementara untuk mendirikan bangunan bagi warga sendiri ditaruh di tempat-tempat yang asing bagi mereka.

Selanjutnya, rumah susun tempat mereka direlokasi selayaknya menjadi milik warga kena gusur, bukan disewakan seperti yang berlangsung saat ini. Mereka telah digusur dari tempat tinggal mereka, sudah sepantasny mereka mendapatkan ganti rugi berupa rumah.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline