Lihat ke Halaman Asli

Welcome to Insecure Era

Diperbarui: 27 Oktober 2024   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com/Sairam.io

Selamat datang di peradaban teknologi yang semakin canggih.

Kita hidup di zaman yang semua serba mudah berkat teknologi. Misalnya, mengirim pesan menjadi mudah tanpa harus menggunakan surat yang notabene memerlukan waktu berhari-hari. Belanja lebih mudah tanpa perlu keluar rumah. Transportasi pun sangat fleksibel. Menyimpan gambar tidak perlu lagi menggunakan album yang entah kapan akan dibuka, dan masih banyak kemudahan-kemudahan lainnya.

Kita perlu mensyukuri itu.

Tetapi karena zaman terus berkembang, orang-orang menjadi semakin kreatif dalam memanfaatkan teknologi yang ada. Sebagian menggunakannya untuk memperlihatkan kesuksesan mereka. Sebagian melakukan perjalanan dan mengunggahnya di media sosial. Bahkan, teknologi bisa menjadi ajang kecantikan seluruh dunia. Saat ini, teknologi menjadi tolak ukur tentang kesukesan, kebahagiaan, dan kecantikan.

Akhirnya, lahirlah sebuah emosi yang bernama insecure.

Saat seseorang melihat kesuksesan temannya di media sosial, ia akan merasa hidupnya telah gagal. Masa depannya telah hancur karena sudah tertinggal sangat jauh. Saat seseorang yang tidak memiliki uang melihat temannya berlibur ke tempat impian, ia akan menghujat Tuhan karena memberikannya kehidupan yang sempit. Lalu, saat seorang  wanita melihat wanita-wanita cantik di seluruh dunia, ia akan membandingkan seluruh dirinya sendiri.

Setelah insecure dengan semua itu, muncullah kata flexing. Ironisnya, pecandu flexing ini akan melakukan segala cara agar terlihat seperti orang-orang Impian mereka. Misalnya dengan melakukan transaksi pinjaman online atau judi online tanpa memikirkan kerugian apa pun, dan itu akan terus berlangsung seperti kutukan.

Bersyukur memang sangat sulit, tetapi menjadi pecandu pinjaman online dan judi online itu seperti tidak ada obatnya. Sebelum semakin tertinggal jauh, berjalanlah sesuai ritme kita, bukan ritme orang lain. Tidak apa-apa sampai terlambat, daripada tidak pernah memulai atau menjadi pecandu akut.

Jika semua memang benar-benar berat, menangis dan berteriaklah. Kemudian berjalan lagi di hari esok.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline