Cinta...
Telah kuserahkan engkau dan semua yang ada, pada yang empunya. Masih pun tentang sedikit rasa perih dan merana bercerita, akibat kecewa yang mungkin tersisa.
Cinta...
Aku memaklumi diriku sebagai manusia yang wajar, sebab aku juga memang bagian dari manusia biasa. Yang diberikan berjuta-berjuta rasa dengan segala kesempurnaan cintaNya.
Cinta...
Keikhlasan yang kupelajari dan sedang aku jalani kini, sedang mengajariku bahwa engkau bukan milikku, yang sesungguhnya engkau hanya sedang diizinkan percaya jika aku mencintaimu dengan seluruh jiwa.
Cinta...
Seperti kala aku memberikan cahaya, menjelma dalam api lilin cinta yang menerangi jalan gelapmu, engkau bisa mensyukuri hadirku sebagai yang engkau butuh, hingga semua bisa engkau lalui seperti yang seharusnya. Dan pada waktunya aku berlalu lenyap, kembali tiada.
Cinta...
Maka, pada kesunyian aku titipkan rindu, mungkin suatu saat engkaupun rasakan rindu. Bukankah pada kecemerlangan cahaya api lilin cintaku, engkau telah bisa menatap wajah kekasihmu?. Itulah yang patut dikenang selamanya dan selalu.
Cinta...
Semogalah di keyakinan hati yang telah menyatukan jiwa, dalam gelora api lilin cintaNya, meleburkan jiwa kita selalu bertemu, berpadu. Merenda hati dalam untaian, nyanyian para perindu, kekasihku...
Malang, 28 September 2019
@lila17
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H