Lihat ke Halaman Asli

Kholilatul Ummah

Advokat Perempuan

Cerpen | Pulang

Diperbarui: 26 Juni 2019   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Negeri dimana aku telah bertemu denganmu, adalah negeri yang mungkin telah asing dalam kesadaran kita sayang... Tapi dari negeri itulah yang membuat kita masih berjumpa disini kembali.

Engkau dulu dekat denganku, meski bukan sebagai yang kumiliki, tetapi dekat sebagai yang kucintai, sebab memiliki tempat dihatiku tersendiri. Ruh-ruh kita telah menjadi harmoni berkah keindahan Ilahi. 

Sedangkan negeri dunia berwujud jasad diatas bumi kita saat ini hanyalah untuk menguji, apakah setelah kita diberi segala bentuk nikmat, masih tetap ingat dengan sang pemberi atau malah lengket dengan sesuatu yang diberi. 

Disini kita memang diperkenankan lahir telanjang menjadi bayi, anak-anak, remaja, dewasa, tua dan lalu mati telanjang kembali. Hanya dengan pemberian selembar kain kafan dari orang-orang yang mengasihi kita untuk menyatu kembali dengan bumi. 

Apakah semua alunan musik kehidupan itu melenakanmu dan meninabobokkanmu. Saat bayi asyik dibuai kasih, saat anak-anak asyik bermain, saat remaja asyik mulai jatuh cinta, saat dewasa asyik bercinta, saat tua asyik bergulat dengan takut kehilangan atas semua...?

Ataukah diri kita seiring waktu semakin menyelemi indahnya kekayaan iman pada Tuhan yang luar biasa, membuat kita semakin dewasa dan sempurna, dicerahkan atas semua sedih dan bahagia, diikhlaskan atas semua yang hilang, datang dan pergi...? 

Dan apa yang menghidupkan hidup kita adalah betapa menyentuhnya setiap perhatian cinta yang tulus yang engkau berikan, bagai sinar cahaya anggun suci mengisi ruang batin kita. Yang mengayakan daya spirit jiwa dan akan kita bawa pulang nanti ke negeri abadi. 

Pulang adalah kata yang pasti, sebab tiada pengelanaan panjang tanpa kembali, tidak ada petualangan yang tak diakhiri, bahkan bepergian yang punya tujuan pun pasti disertai rasa rindu pulang kembali. 

Sebab diri kita sadar, meski saat pergi penuh pengalaman istimewa, diberikan fasilitas yang mewah, diberikan kehormatan yang mulia, namun semua itu sementara dan bukan hak milik yang hakiki. 

Kita hanya bisa membawa khazanah perjalanan pengalaman dengan rasa syukur gembira, mengawal hidupNYA dengan bersabar serta selalu berdoa, agar mereka yang kita cintai yakin bahwa sejatinya kita berpisah untuk bersama lagi. 

@lilasingasari260619

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline