Lihat ke Halaman Asli

Gerakan Mahasiswa dalam Lingkaran yang Tersisa

Diperbarui: 29 Desember 2022   13:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac


.......di samping Kiri jalan.......

" Sumpah Mahasiswa Indonesia, kami mahasiswa Indonesia bersumpah : bertanah air satu, tanah air tanpa penindasan; berbangsa satu, bangsa yang takluk akan keadilan; berbahasa satu, bahasa tanpa kebohongan"

Gempita yang dikumandangkan itu kini hampir lenyap ditelan zaman, saat perguruan tinggi hanyalah untuk bersekolah bukan untuk berdialektika
Gaya hidup Hedonis pun telah mengakar pada tiap-tiap sudut kehidupan
Logo besar Agent of control  hanya menjadi kebanggaan, tanpa melihat lebih jauh, tanpa dimaknai, cukup menghafal teori, maka huruf A dalam ijazah sudah pasti kau gapai.
Tidak peduli melihat jumlah penyakit pembungkaman semakin meningkat, korupsi, kolusi dan nepotisme sudah menjadi teman dalam keseharian.
 Rakyat yang harusnya menjadi kawan sejati justru dibuang dan dikhianati.
Beruntunglah masih ada sedikit dari mereka memilih, berdiri di samping kiri jalan dan berteriak tentang pembebasan rakyat.
Namun kini gerakan Itu kian pudar, terlihat jelas saat samping kiri jalan yang kian sepi.
Ormas disogok untuk membungkam, mahasiswa lainnya hadir sebagai pembanding, media sudah tak berimbang, maka siap siaplah kelompok kecil di kiri jalan dianggap sebagai  pengacau, pemecah belah, dan tidak pancasilais.
Kelompok kecil di kiri jalan kian  menjadi pelarian, diteror, bahkan didiskriminasi dalam kelas perkuliahan.
Mayoritas mahasiswa  sibuk mencari argumen untuk pembenaran terhadap proses penyingkiran rakyat, penegak keadilan malah memutarbalikkan hukum untuk kepentingan-kepentingan kaum elit berjouasi
Padahal sesungguhnya, mahasiswa harusnya berdiri sebagai garda terdepan dalam menyikapi realitas sosial yang miris; kemiskinan struktural, korupsi, pelanggaran Hak Asasi Manusia, perdagangan manusia, kekerasan terhadap anak dan perempuan, pengangguran, perampasan lahan oleh korporasi nasional, pertambangan liar, privatisasi sektor publik, serta harus Menyuarakan yang tidak mampu bersuara dan mengangkat ketimpangan sebagai kenyataan yang harus dienyahkan.
Hanya oleh kelompok kecil di kiri jalan itu mampu mengerti dan  melihat ini, terus berusaha menyentuh lapisan masyarakat dengan tangan kecil mereka.
Kelompok kecil Itu mencoba membesarkan diri,  
Namun sudah pasti  seperti dalam pelarian. KUHP sudah disahkan Dan marxis sudah dilarang.
Gerakan Yang dulu mengguncang kekuasaan kini tinggallah gerakan kecil yang terpecah pecah.
Akankah riwayat gerakan mahasiiwa hanya sampai disini?
mungkinkah gerakan mahasiswa hanyalah sebagai kenangan yang akan dirindukan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline