Siapa yang menyangka kalau di tahun 2020 ini, semua aktivitas dunia akan dikacau balaukan oleh dampak penyebaran virus corona yang kecil.
Di awal bulan maret 2020, pemerintah Indonesia mengkonfirmasikan kasus pertama covid-19 di Indonesia. Saat itu rasanya hampir tidak ada berita lain di media, semua terkait corona: si virus baru yang bisa membuat orang mati mendadak, yang belum ada obatnya, yang asalnya ngak jelas, dll.
Semua orang sibuk mencari informasi soal covid-19, dari awalnya cuma berdasarkan rasa ingin tahu atau dengan alasan ‘biar ngak ketinggalan dari orang lain’ ujung-ujungnya menumbuhkan rasa cemas dan takut.
Pertengahan maret 2020: untuk membendung penyebaran virus yang sangat cepat ini beberapa negara mulai memberlakukan lockdown, negara kita memilih PSSB, menganjurkan penduduk untuk membatasi aktivitas di luar, lebih banyak diam dirumah, kerja di rumah, ‘jaga jarak’ dan bahkan semua tempat ibadah dan kegiatannya pun harus dibatasi.
Sama cepatnya dengan penyebaran virus, penyebaran berita ini pun dalam sekilat menyebar dalam media sosial. Begitu cepatnya sampai orang mungkin lupa kalau dari sebegitu banyaknya jumlah berita yang tersebar, selalu saja pasti ada saja berita provokasi, bahkan berita bohong.
Dengan maksud baik untuk saling mengingatkan, hanya dengan sekali ‘klik’ seorang teman mengirimkan satu video singkat yang menampilkan rak-rak supermarket yang kosong, di video itu juga ditampilkan seorang pria yang berebut bahan makanan dengan pelanggan lain. Teman saya juga mengirimkan berita bahwa madu baik untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Walaupun saya tidak tahu itu kejadian dimana, tiba-tiba saya kepikiran “wah gawat, bagaimana kalau itu terjadi disini”, tiba-tiba saya cemas takut kekurangan bahan pangan, walaupun sebenarnya kulkas dan lemari masih cukup penuh di dapur. Tiba-tiba saya memprioritaskan diri untuk pergi ke pasar, mencari madu yang harganya mulai naik karena ternyata bukan hanya saya saja yang kepikiran tiba-tiba butuh madu dirumah.
Saya juga membeli extra barang-barang lain yang sebenarnya saya tidak butuhkan, contohnya terigu yang sekarang berkutu karena kelamaan tidak dimakan.
Walaupun kondisi pasar biasa-biasa saja, stok pangan juga normal alias saya tidak kesulitan memperoleh barang yang saya mau, tetap saja waktu itu muncul perasaan lega, aman karena stok yang bertambah di rumah.
Setelah saya mengenal fungsi Bank Indonesia, lembaga pemerintah yang ternyata memiliki tugas yang sama beratnya dengan TNI ( Tentara Nasional Indonesia) yaitu menjaga keamanan dan kestabilan negara Indonesia, sekarang saya malu dengan reaksi saya yang berkelebihan waktu itu, saya sama sekali tidak cerdas berperilaku, dan bahkan secara tidak sadar ikut aktif berperan serta mengganggu stabilitas sistem keuangan tanah air saya, Indonesia.
Saya malu oleh kebodohan dan keegoisan saya. Video yang sama ternyata telah tersebar dari sejak tahun 2018 di berbagai sosmed.