Lihat ke Halaman Asli

El

Menulis opini mengenai realita sosial dari lensa feminisme kontemporer

Menjadi Penulis di Dunia Maya

Diperbarui: 14 Juni 2017   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya merasa tergerak setelah membaca tulisan ini karena dua hal. Yang pertama, penulis tidak mendiskreditkan niat baik, bahkan menguatkan semangat damai, yang tercermin melalui tulisan dan persona Afi di ruang medsos maupun di ruang publik. Yang kedua, penulis memberikan pandangan yang obyektif mengenai dugaan plagiarisme atas tulisan-tulisan Afi di medsos, yang dinilai sebagai unsur penting dalam profesi seorang penulis. 

Saya melihat kedua hal tersebut sebagai hal yang positif dan tidak kontradiktif. Ketika saya membaca sebuah artikel berupa berita, hemat saya, unsur plagiarisme itu penting untuk ditangkal, walaupun tidak dapat sepenuhnya dihindari. Apa alasannya? Memori atau ingatan manusia sejatinya adalah sebuah jaringan antara gagasan, opini, fakta dan makna. 

Ketika saya mewawancara seorang nara sumber, misalnya, secara sadar saya mengetahui bahwa kata-kata yang diucapkannya adalah hasil dari sebuah proses yang terdiri dari tiga ruang. Ruang pertama adalah penerimaan input, atau penerimaan informasi. Dia yang menjadi nara sumber saya terlebih dahulu mengalami atau membaca sesuatu, baik itu secara lisan maupun oral. 

Yang kedua adalah pencernaan untuk menyimpulkan suatu makna dari informasi yang baru saja dibacanya dan memori kolektif yang dimiliki oleh individu tersebut. Ruang yang ketiga, dan ruang yang terakhir inilah, yang menjadi tempat pertemuan antara nara sumber dan si jurnalis. Saya mencatat mentah-mentah apa yang dituturkan oleh si nara sumber tanpa mengetahui input dan memori kolektif yang dikembangkan oleh individu tersebut. 

Akan tetapi, saat saya membaca tulisan Afi di ruang media sosial, saya melihat Afi sebagai seorang nara sumber, bukan sebagai jurnalis ataupun penulis akademis. Di dalam hal penulisan ilmiah, penggunaan data yang bersumber dari dunia maya tidak diakui validitasnya oleh kalangan akademis. Mengapa? 

Namanya saja maya, yang dalam prinsip fisika berarti semu, seperti sebuah bayangan di dalam cermin. Karena tidak seorangpun bisa membuktikan orisinalitas sebuah konten dalam dunia maya, maka pembaca di dunia maya pun harus senantiasa sadar bahwa setiap tulisan yang ada di dunia maya belum tentu orisinal. Bahkan, apa yang saya tulis di sini tidak dapat dibuktikan orisinalitasnya. Saya, dan penulis lain di dunia maya, adalah seorang nara sumber.

Selamat menulis! Jadilah seperti Afi yang menebarkan benih-benih toleransi melalui aktivitasnya di medsos. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline