Pada dasarnya, hak memilih seorang pemimpin adalah salah satu hak sebagai warga negara.
Mengapa saya tulis hanya salah satu? Karena masih ada hak-hak lainnya yang Mungkin bisa dibilang lebih utama dan lebih penting, antara lain menyangkut hak hidup, hak mendapatkan sandang, pangan dan papan yang cukup, serta hak untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang melalui pendidikan dan membangun kapasitasnya sebagai makhluk sosial.
Memang, sungguh banyak yang menjadi hak asasi seorang manusia agar kemanusiaan manusia sungguh -sungguh terjaga. Hak memungut suara juga tidak kalah pentingnya.
Masih ingatkah Anda?
Masih ingatkah Anda ketika segala sesuatunya di negara ini diputuskan oleh ketua MPR, presiden dan jenderal?
Betapa malangnya ketiga pejabat negara itu yang di pundaknya membawa beban untuk menjamin hak-hak ratusan juta rakyatnya dan setiap hari nama ketiga orang itulah yang dihujat oleh rakyat yang tidak setuju dengan keputusan-keputusan yang mereka ambil.
Menyadari hal di atas membuat saya turut merasa prihatin dengan kesehatan mental dan emosional para pemimpin di negara ini. Ayolah kita membantu mereka dengan memberi apresiasi serta masukan yang konstruktif, jangan melulu destruktif.
Bagaimana kita membaca strategi kampanye?
Tidak dapat dipungkiri bahwa sistim pemungutan suara ini tidak akan mampu memuaskan semua pihak. Yang mendapatkan suara paling banyak, dialah yang akan memenangkan kampanye.
Tidak pula tertutup kemungkinan bahwa kandidat demi kandidat akan mengedepankan hal-hal yang dinilai "populer" di kalangan masyarakat pada umumnya.
Seorang kandidat yang bijaksana tentu tidak mengharapkan rakyatnya terbelah karena itu otomatis akan mengurangi peluangnya meraih jumlah suara terbanyak.