Lihat ke Halaman Asli

El

Menulis opini mengenai realita sosial dari lensa feminisme kontemporer

Aksi Damai dalam Narasi Politik-Agama

Diperbarui: 24 Oktober 2016   20:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini bermaksud mendukung tulisan kompasioner Haidar Ali (22 Okt'16) untuk membangun kepekaan kita terhadap isu-isu menyangkut polemik penistaan agama dan pemilihan pemimpin yang dikaitkan dengan unsur agama tersebut. Di sini, saya hendak merefleksikan narasi di dalam polemik berbau agama-politik berdasarkan slogan-slogan "AKSI DAMAI" yang dicanangkan oleh berbagai kalangan. 

Refleksi arti kata damai dalam konteks Islam Nusantara: pedoman Aswaja

Seruan-seruan "AKSI DAMAI" (untuk mendukung atau menolak apapun dan siapapun itu) menjadi begitu mudahnya digunakan, dipublikasikan, dan menarik massa dalam jumlah besar. Apakah ada kemungkinan Aksi Damai semacam ini diboncengi oleh kepentingan politik? Menjelang pilgub kali ini, penyalahgunaan narasi yang seharusnya mendamaikan tersebut bisa saja terjadi. Apa sih arti kata "damai"? Ketiga agama keturunan Nabi Abraham mempunyai kesamaan dalam mengutamakan perdamaian ini. Tak terkecuali agama-agama besar lainnya di dunia, seperti agama Hindu dan Buddha, semuanya mewartakan pesan damai.

Dalam Islam, tidak diragukan lagi bahwa salaam, artinya damai, adalah sebuah keutamaan yang utama di samping keutamaan iman yaitu berserah kepada kehendak Allah yang Maha Esa. Kata "Islam" sendiri dalam bahasa Arab berarti "damai dan selamat" dan agama Islam sebagai rahmatan lil 'alamin artinya membawa kedamaian dan ketentraman bagi semesta alam (Ahmad Ali, 2011). Masih ingatkah kita apa arti kalimat assalamu 'alaikum yang kita gunakan sebagai kalimat sapaan? Artinya, "selamat sejahtera ke atas kamu semua" (wikipedia assalamu'alaikum).

Islam Nusantara yang berlandaskan paradigma Fikrah Nahdhiyah menempatkan kedamaian sebagai inti kehidupan beragama dalam Islam, yaitu dengan prinsip-prinsip yang menjaga keseimbangan serta bersifat akomodatif terhadap perbedaan pandangan yang bermunculan di dunia (Ahmad Ali, 2011). Hal ini sesuai dengan konsep AhlusunnahWalJamaah, yang di Indonesia kini disingkat menjadi Aswaja (Ibid.). Blog satuislam.wordpress.com memaparkan sedikit sejarah lahirnya konsep Aswaja ini oleh imam abad ke-9 Masehi di Timur Tengah serta agenda penerapan Aswaja di era modern untuk seterusnya.

Deklarasi Jakarta untuk persatuan umat Islam: implikasi politik

Di dalam Deklarasi Jakarta untuk Persatuan Umat Islam tahun 2014, para cendekiawan Muslim Indonesia mewacanakan 10 poin. Yang pertama, menurut saya adalah yang utama dan berlaku universal: pembunuhan terhadap sesama manusia berdasarkan warna kulit, keyakinan, etnis dan agama adalah haram dan bertentangan dengan syariah. Kesembilan poin yang lain, juga sama pentingnya, merujuk kepada membangun hubungan persaudaraan antar golongan yang ada dalam agama Islam.

Aspek persatuan umat Muslim di atas telah muncul secara tidak langsung di dalam slogan politik akhir-akhir ini, khususnya menjelang pilgub DKI. Apakah ada kemungkinan nilai persaudaraan umat Islam di Indonesia saat ini tengah dimanipulasi untuk kepentingan politik? Misalnya, wacana memilih cagub dan cawagub yang seagama, secara tidak langsung akan mengeliminasi pasangan cagub yang beragama lain.

Saya pribadi tidak akan berpihak pada seorang calon gubernur yang tidak memperhatikan kepentingan dan tidak menghormati nilai-nilai budaya serta agama masyarakat, tak peduli agama apa yang dipeluk oleh calon tersebut.

Menjadikan perdamaian dan kemerdekaan Indonesia sebagai konteks Aswaja dan persatuan umat Islam

Kembali ke aspek Aswaja dan perdamaian, saya hendak bertanya apakah perdamaian dan persatuan sebuah kelompok secara implisit akan meminggirkan kelompok yg lain? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945 diproklamirkan oleh tokoh-tokoh Muslim dan mereka memastikan bahwa umat non Muslim dapat hidup layak dengan hak serta kewajiban yang sama dengan umat lainnya tanpa diskriminasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline