Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Singkat Pulau Mandangin Sampang Madura

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendahuluan
Rumit memang mengumpulkan data untuk menguak sejarah muasal masyarakat Pulau Mandangin. Selain karena tidak adanya sejarahwan yang menulisnya dalam tinta emasnya, namun karena juga kurangnya rasa peduli dari masyarakat Pulau Mandangin sendiri. Berbagai hepotesa mencoba untuk menggalinya, meskipun terkadang datang dari rekayasa ilmiyah yang letak kebenarannya jauh dari kata sempurna. Data-tada yang berserakan diikhtiarkan untuk dikodifikasikan dengan beragam sampel yang digali dari beberapa tokoh masyarakat Pulau Mandangin yang memang sebelum tulisan ini diterbitkan mereka pernah memikirkan dan menggalinya meskipun mereka catat hanya di dalam laci pikirannya –bukan dalam bentuk lembaran-lembaran--. Namun, di internet, saya (penulis) tidak tahu, muncul beberapa artikel yang mengatakan bahwa masyarakat Pulau Mandangin berasal dari orang-orang buangan kerajaan yang menderita penyakit kulit yang akut (lepra). Tulisan-tulisan tersebut tidak sepenuhnya salah, mungkin kalau diprosentasekan kebenarannya tidak sampai pada 2 persen saja.
Maka, tulisan ini di buat selain dari langkah awal menguak sejarah Pulau Mandangin juga sedikit menepis anggapan di atas. Dari mana muasal masyarakat Pulau Mandangin? Siapa sebenarnya nenek moyang masyarakat Pulau Mandangin? Serta, dari mana asal kata nama Pulau Mandangin? Jawaban seputar pertanyaan-pertanyaan tersebut insyaallah bisa terjawab dalam tulisan ini.

Nenek Moyang dan Asal Masyarakat Pulau Mandangin
Tidak banyak yang tahu nenek moyang dan asal masyararakat Pulau Mandangin, akan tetapi setelah saya (penulis) menggali dari banyak sumber, maka ada banyak versi yang muncul dipermukaan, diantaranya adalah:
Masyarakat Pulau Mndangin berasal dari orang-orang tirakat (bertapa)
Konon, dulu Pulau Mandangin adalah tempat yang sangat strategis untuk bertapa, maka orang-orang yang senang bertapa (ahli tirakat) dari berbagai daerah Pulau Madura dan Jawa banyak yang berdatangan ke pulau ini. Mereka di Pulau Mandangin mengasingkan diri dari hikuk pikuk kehidupan hedonism. Sebagian dari mereka ada yang membawa sanak keluarganya, isrti-isrtinya, dan anak-anaknya. Mereka sebagian berkelompok dan memetap di Pulau Mandangin sehingga membentuk masyarakat Pulau Mandangin hingga saat ini.
Masyarakat Pulau Mandangin berasal dari orang-orang narapidana yang dibuang oleh raja di tanah Madura dan Jawa
Raja-raja dahulu kala, ketika mendapati masyarakatnya melakukan tindakan yang menyalahi aturan kerajaan manakala kesalahannya teramat fatal, raja-raja tersebut tidak segan-segan membuangnya di pulau-pulau kecil yang tidak berpenghuni, salah satunya di Pulau Mandangin. Maka, dari sanalah masyarakat Pulau Mandangin dengan sendirinya terbentuk.
Masyararakat Pulau Mandangin berasal dari para saudagar
Mereka saudagar-saudagar itu menyandarkan perahunya di Pulau Mandangin untuk beberapa waktu. Saudagar-saudagar itu melintas dari tanah Jawa, Sumatera, dan sebagainya ke Sumenep. Terkadang hanya untuk sekedar istirahat, memperbaiki perahunya, dan mencari beberapa bekal perjalanan; mengumpulkan buah-buahan dan minuman. Ada juga di antara mereka menetap untuk beberapaa bulan di Pulau Mandangin. Dari bergulirnya waktu, mereka dengan otomatis membentuk masyarakat Pulau Mandangin.
Masyarakat Pulau Mandangin berasal dari pengembara atau pemburu hewan liar
Anggapan ini ada benarnya, melihat dari Pulau Mandangin yang tidak berpenghuni dan hutan liar, maka tidak mustahil jika Pulau Mandangin menjadi tempat pengembaraan dan pemburuan hewan liar oleh orang-orang Madura sendiri maupun orang-orang Jawa.
Masyarakat Pulau Mandangin berasal dari pelaut dari tanah Jawa
Hal ini dapat dibuktikan dari sebagian bahasa masyarakat Pulau Mandangin terserap dari bahasa Jawa. Misalnya, kata kiwo (kiri). Kata kiwo sering digunakan masyarakat Pulau Mandangin, ketika membelokkan –ke kiri—perahunya saat mereka sedang melaut. Termasuk pula kata bohong (singkong), masyarakatPulau Mandangin lebih menyebutnya bohong (sebagai serapan dari bahasa Jawa) untuk singkong dibanding kata tenggang (singkong: Madura-Sampang), Sabbhrang (singkong: Madura-Pamekasan), dan lain sebagainya.
Masyarakat Pulau Mandangin berasal dari orang-orang yang lari dari tahanan Belanda
Ini bisa dibuktikan dari satu kebiasaan (tradisi) masyarakat Pulau Mandangin, ketika menurunkan perahunya ke bibir laut mereka bergotong royong seraya serempak berkata: ollopes kuntul baro. Ini diambil dari bahasa Belanda yang makna literalnya adalah, “ayo tarik bersama-sama.” Mengingat tahanan Belanda ketika mereka menarik sesuatu yang berat, mereka serempak menyuarakan yel-yel tersebut.

Muasal Nama Pulau Mandangin
Sebelum era 80-an Pulau Mandangin dikenal dengan sebutan Pulau Kambing. Nama Pulau Kambing sendiri berasal dari dua versi. Pertama, karena di tanah Pulau Mandangin terdapat banyak kambing yang berkeliaran. Kedua, konon karena tanah Pulau Mandangin jika dilihat dari ketinggian bentuknya seperti hewan kambing. Kemudian muncul nama Gili, ini karena makna kata gili sendiri adalah pulau atau tanah yang dikelilingi air laut.
Sementara, dari mana muasal nama Mandangin tersebut? Hal ini ada beberapa versi yang menyebutkan, di antaranya adalah: 1. Nama Mandangin berasal dari kata Pemandangan (karena terdapat banyak pemandangan yang indah di Pulau Mandangin), kemudian berevolusi menjadi Mandangin. 2. Berasal dari kata Mandhag angin (pemberhentian angin), maksudnya pemberhentian angin dari selatan (gendhing) sehingga seolah-olah Pulau Mandangin selalu berangin. 3. Mandangin berasal dari mandi angin, karena seringnya berangin seolah-olah Pulau Mandangin adalah sebuah pulau yang bermandikan angin.
Evolusi nama Pulau Kambing ke Pulau Mandangin, konon dimulai dari pemerintahan Kepala Desa lama yang memerintah pada era 80-an yang kemudian sampai sekarang sudah diakui oleh pihak pemerintah daerah Kabupaten Sampang hingga nasional, hal ini bisa dilihat dari perubahan peta Pulau Madura.

Penutup
Kemungkinan ada banyak sumber lagi yang tidak dapat disebutkan di sini, mengingat masyarakat Pulau Mandangin jika dilihat dari warna kulit, logat bahasa, dan sebagian perilaku individu masyarakatnya yang berbeda-beda. Missal, logat bahasa masyarakat Pulau Mandangin sebelah timur berbeda dengan logat masyarakat Pulau Mandangin sebelah barat dan sebagainya. Termasuk pula dengan adanya beberapa situs sejarah yang terdapat di Pulau Mandangin yang perlu untuk digali lebih lanjut oleh generasi berikutnya.
Demikian tulisan pendek ini, dan semoga bermanfaat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline