Lihat ke Halaman Asli

Holikin

Penulis buku "Asa di Ujung Senja", Pendidikan Karakter ala Syekh Abdul Qodir Al-Jailani", dan "Narasi Cinta"

Perihal Tuduhan kepada Muawiyah bin Abi Sufyan

Diperbarui: 23 Oktober 2019   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tulisan ini sedikitnya memuat nasehat untuk siapa saja yang meragukan kepemimpinan (kekhilafahan) Muawiyah bin Abi Sufyan (ra), atau bagi siapa saja yang terlanjur menuduh hal-hal yang tidak seharusnya kepada beliau.

Pada beberapa minggu yang lalu, atau lebih tepatnya, pada bulan Muharram yang lalu. Persisnya, bulan Asyura (10 Muharram) lalu, sebagian kalangan memperingati peristiwa Karbala. Di tengah momentum itu, sebagian kalangan seperti perlu menggoreng isu lama. Sentimen kesektean menjadi hal yang wajib dimunculkan. Muaranya, ideologi takfiri (mengkafirkan) sangat kentara aromanya.

Sebenarnya hal ini sudah tidak seharusnya dipaparkan kembali. Namun, tulisan ini saya merasa perlu untuk publikasi. Sebab, ada sebagian teman saya yang masih meragukan keabsahan kepemimpinan beliau, bahkan ada  yang menafikan gelar "shahabi" pada beliau. Anehnya, mereka bersandar pada karya Imam Al-Suyuthi, Tarikhu al-Khulafa.

Di sini akan saya tulis pernyataan Imam Al-Suyuti, dan justru sebaliknya beliau mengatakan bahwa kekhilafahan sahabat Muawiyah (ra) adalah kekhilafahan yang telah disepakati oleh umat (para sahabat yang lain) pada saat itu.

Berikut ini bisa di lihat dalam Tarikh al-Khulafa, bab Fi Muddati al-7Khilafati, halaman 16: "...anna al-nasa ijtamau ala abi bakrin tsumma umara tsumma utsmana tsumma ali ila waqaa amri al hukmina fi shiffin fatusamma muawiyatu yawmaidzin bi al khilafati tsumma ijtamaa al-nasa ala muawiyah inda shulhi al-hasan.." (sesungguhnya umat (para sahabat Nabi) sepakat atas Abu Bakar (ra), lalu Umar (ra), lalu Utsman (ra)  kemudian Ali (ra), sehingga terjadi perkara tahkim dalam perang Shiffin, maka Muawiyah pada saat itu menjabat kekhilafahan. Kemudian umat (para sahabat) menyepakati kekhilafahan Muawiyah tatkala Hasan (ra) lengser).

Semakin gencarnya serangan mereka, tak ayal jika banyak kalangan khususnya kaum muda termakan hasudan busuk kaum yang tak berdasar itu. Di antara hasudan busuk itu menyerang para sahabat, khususnya rival Sayidina Ali (ra), yaitu Muawiyah bin Abi Sufyan (ra). Kita (ahli al-sunah wa al-jama'ah) meyakini bahwa para sahabat Nabi Saw adalah umat terbaik dan teragung setelah Nabi Saw.

Terkait tuduhan busuk yang menyerang sahabat Muawiyah bin Abi Sufyan (ra), Syekh Abu abdillah al-Dzahabi menulis kitab tersendiri, yaitu Raddu al-Buhtan 'an Mu'awiyati bin Abi Sufyan sebagai bantahan atas hasudan keji kepada beliau. Di sana (dalam kitab tersebut) diutarakan agar kita berbaik sangka kepada sahabat-sahabat Nabi Saw, terkhusus kepada beliau, Muawiyah (ra).

Mestinya, kita harus proporsional memahami sosok sahabat Nabi saw, terkhusus sosok Muawiyah bin Abi Sufyan (ra). Barangkali ini menjadi jawaban atas keraguan kebanyakan orang, khususnya kalangan yang salah faham dan bahkan untuk yang "anti" pada rival Sayidina Ali (ra) di perang Shiffin. Ketika Ali (ra) ditanya tentang pasukan Muawiyah (ra), "Apakah mereka musyrik?" Ali (ra) menjawab, "Mereka lari dari kemusyrikan." "Apakah mereka munafik?" Jawab Ali (ra) lagi, "Orang munafik tidak mengingat Allah." "Lalu, apa status mereka?" "Mereka adalah orang-orang yang membangkang (baghaw) kepada kita." kata Ali (ra).

Selanjutnya, inilah komentar Ali (ra) terhadap mereka, "Qatlaya wa qatla muawiyah fi al-jannah." (korban yang terbunuh di pihakku dan di pihak Muawiyah (ra) semua masuk surga). (Lihat, Mu'jamu al-Kabir).

Sebenarnya kita tak perlu mengugkit-ungkit lagi masalah itu. Ibnu Abbas berkata, "Da'hu (utruk al-qawla fi muawiyah wa al inkara alaihi) fainnahu shuhba rasulillah." (tinggalkan muawiyah (maksudnya, jangan ngomongin beliau apalagi menginkarinya). Sesungguhnya beliau adalah sahabat rasulillah Saw). (Lihat, Bukhari Masykul). Di dalam kitab yang sama, di bab Fadhailu Ashhabi al-Nabi, dan atau di banyak haditsnya, bahwa Nabi Saw menyebutkan, para sahabat Nabi Saw akan bersama beliau di surga.

Sementara itu, mengomentari kepemimpinan Muawiyah (ra), Syekh Muhamad Nawawi Al-Jawi mengemukakan, "Khilafatuhu shahihatun." (kekhilafahan Muawiyah (ra) adalah khilafah yang sah). (Lihat, Syarh Tijanu al-Darari). Ibnu Abbas pun ketika ditanya soal kepribadian Muawiyah (ra), beliau menjawab, "Innahu faqihun." (sesungguhnya Muawiyah (ra) sangat alim (mengusai ilmu) fiqih).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline