Lihat ke Halaman Asli

Lili Liana

Mahasiswi

Setengah dari Total Guru di Indonesia Berprofesi Ganda, Apa Penyebabnya?

Diperbarui: 17 Oktober 2024   21:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://pixabay.com/id/photos/tas-buku-pria-mode-celana-1868758/Input sumber gambar

Guru adalah profesi yang sangat agung dikarenakan memikul tanggung jawab dalam memajukan pendidikan di suatu daerah, jasanya tak akan tergantikan sepanjang masa.Tugasnya ialah mengajar, memfasilitasi, mengarahkan, dan membina siswa-siswinya untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Tugas utamanya tentunya haruslah berfokus pada siswa, menyiapkan bahan pembelajaran, mengevaluasi kegiatan belajar mengajar (KBM), dan atau  menciptakan metode belajar yang efektif bagi siswa-siswi yang diajarnya serta berkontribusi pada kehidupan disekitarnya. Dengan begitu, fokusnya ialah kepada sekolah dan keluarga guru tersebut.
Namun di Indonesia adanya fakta bahwa para guru selain mengajar di sekolah, banyak yang memiliki profesi selain mengajar. Menurut survey yang di lakukan oleh (IDEAS) Institute for Demographic and Poverty Studies dan Dompet Dhuafa, sebanyak 55,8% dari total 403 suara, mengaku memiliki pekerjaan sampingan selain menjadi guru.

Ada yang menjadi guru bimbel atau les (39,1%), mencari uang hingga begadang (29,3%), petani (12,8%), buruh (4,4%), content creator (4%), hingga pengemudi ojek online (3,1%).
Semua pekerjaan sampingan ini dilakukan untuk menambah penghasilan guru. Survei yang sama menunjukkan bahwa 89% guru percaya bahwa gaji mereka dari mengajar masih terlalu rendah untuk bertahan hidup. Bagaimana tidak, hanya 20% guru yang masih menerima gaji di bawah Rp500 ribu setiap bulan. Tentu saja, gaji ini tidak akan mencukupi kebutuhan sehari-hari guru.

Guru juga seorang manusia, yang pastinya punya kebutuhan hidupnya sendiri. Jangan mentang-mentang mereka memilih atau tidak sengaja masuk kedalam dunia pendidikan, dan mempunyai label pahlawan tanpa tanda jasa malah membuat mereka mendapatkan perlakuan yang tidak seharusnya. Gaji yang kecil untuk tugas yang besar tentu sangatlah tidak masuk akal. Pantas sajalah, para guru lebih memilih untuk mencari pekerjaan sampingan untuk bertahan hidup.
Lalu jika sudah begini siapa yang akan disalahkan? Apakah mereka yang disalahkan karena memilih menjadi seorang guru? Tentu saja tidak. Sebetulnya tidak perlu saling menyalahkan, asalkan bisa mencari solusi untuk permasalahan ini. Pihak-pihak yang memiliki kekuasaan dan yang membuat kebijakan bisa menggunakan kekuasaannya untuk lebih mempertimbangkan penggunaan anggarannya. Sebab kebutuhan kehidupan dengan tugas yang dibebankan tentunya tidak bisa berat di salah satu sisi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline