Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Umar

Mari merawat imajinasi!

Cerpen | Cara Cepat Menjadi Kaya

Diperbarui: 30 Desember 2019   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Martina Bulková from Pixabay (https://pixabay.co)

Suara mesin kopi mengaung menggiling biji kopi. Bunyinya keras hingga membuat sedikit kejut tempat yang sepi ini. Hanya ada saya, satu barista dan satu pelayan yang sedang bersiap mengantarkan kopi pesanan. 

Wajar saja, baru sekitar pukul 9.45, bokong saya sudah menempel di kursi kayu nangka berpelitur. Kemudian, dari arah pintu masuk di sebelah selatan, samar-samar, melangkah seorang perempuan. Detak alas kakinya yang terbuat dari bahan kayu, berbunyi seirama dengan langkahnya. Saya lirik jam tangan saya, oh dia telat 15 menit.

Sesampai di hadapan saya, dia menarik kursi, menempatkan dompet dan telepon genggamnya di permukaan meja, lalu duduk. Ia menarik nafas dalam-dalam, seketika berkata "Don, tolong aku, aku mau gugat cerai suamiku."

Dada saya berdegup kencang. Badan saya terasa semakin lemas. Posisi duduk saya semakin tak nyaman, terlebih duduk di kursi tanpa sandaran. Saya tak lagi bertenaga.

***

Dia tampak cantik hari ini. Terlebih matanya. Entah, saya sering tersihir oleh mata perempuan karena seperti memiliki pesan rahasia ketika beradu pandang. Setelah menatapnya, saya kemudian menyadari, dia siap memberondong saya dengan ceritanya. 

Tak lama sejak kedatangannya, ia langsung menumpahkan seisi hati dan otaknya yang sebelumnya tersimpan rapi dalam dia. Seperti biasa, saya menjadi keranjang tempat menampung segala perkataannya.

"Belakangan ini kami sering bertengkar. Seperti yang kamu tahu, aku dan suamiku, tidak pernah ada masalah apa-apa. Hidup kami biasa-biasa saja. Ya memang kami sedikit ada masalah dalam keuangan pada awalnya. 

Aku bekerja di kantor konsultan PR (public relationship) yang besar, dengan jenjang karier yang cepat. Suamiku adalah pedagang dengan pendapatan yang tidak stabil," ungkapnya.

Rasanya saya ingin bilang bahwa saya sudah tahu tentang itu, wahai Sekar, perempuan ambisius sepanjang sejarah hidupku. Sebab, suami kamu juga menjadikan saya keranjang untuk tempat membuang segala keluh kesahnya. 

Kamu boleh saja tidur satu ranjang, makan satu meja, dan memiliki banyak waktu bersama. Namun, apa ini menjamin bahwa kamu tahu segalanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline