MENGAPA SAYA MASIH DIBELENGGU DISKRIMINASI GENDER?
Penulis :
Dr. Ira Alia Maerani, M.H (Dosen Fakultas Hukum, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang
Lifthihah Anis Ma'rufah (Mahasiswi Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA), Semarang
Pernahkah Anda (kaum perempuan) mengalami ketidakadilan atau penindasan dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara ini? Sadarkah Anda atas perlakuan yang ditimpakan kepada Anda tersebut?
Jangan sampai kamu tak sadar sudah jadi korban.
Sudah dari ratusan tahun lalu, sejarah telah menorehkan bahwa kaum perempuan adalah pihak yang seringkali dirugikan, dikesampingkan, dinomorduakan, atau bahkan mengalami penindasan dan tindakan lain yang membuat posisi keberadaan perempuan menjadi lemah. Benar sekali, hal tersebut dinamakan "diskriminasi gender perempuan". Kita mungkin sudah tidak asing lagi dengan diksi "diskriminasi gender perempuan".
Mari kita telusik lebih dalam tentang diskriminasi gender perempuan!
Diskriminasi gender perempuan adalah perlakuan yang tidak adil yang ditujukan kepada gender perempuan berupa batasan-batasan yang sangat menikam dan keadilan yang sangat dilemahkan.
Terdapat banyak sekali bentuk-bentuk diskriminasi gender terhadap perempuan, tidak hanya menyoal tentang keadilan namun lebih dari itu, yakni :
- Marginalisasi (peminggiran). Marginalisasi banyak dipraktekkan dalam bidang ekonomi. Misalnya, banyak perempuan yang menerima pekerjaan yang tidak terlalu bagus. Baik dari segi gaji, jaminan kerja ataupun jabatan pekerjaan. Hal tersebut terjadi akibat masih sedikitnya perempuan yang mendapatkan akses pendidikan. Namun tidak hanya di bidang ekonomi, peminggiran juga dapat terjadi di rumah, kebijakan pemerintah, maupaun asumsi-asumsi ilmu pengetahuan.
- Subordinasi (penomorduaan). Asumsi sosial yang men-judge perempuan adalah manusia lemah, tidak mampu memimpin, cengeng, dan asumsi lain yang mengakibatkan perempuan menjadi nomor dua setelah laki-laki.
- Stereotip (citra buruk). Pandangan buruk terhadap perempuan. Misalnya, perempuan yang pulang kerja larut malam dicap bekerja sebagai pelacur, perempuan jalang, dan anggapan buruk lainnya.
- Violence (kekerasan). Kekerasan sering terjadi. Serangan fisik dan psikis. Perempuan sampai saat ini masih rentan mengalami kekerasan, pemerkosaan, kekerasan seksual, ataupun perampokan.
- Beban kerja berlebihan. Tugas dan tanggungjawab perempuan yang berat dan terus menerus. Misalnya, disisi harus mengurus rumah, anak, dan suami perempuanpun terkadang juga harus mencari nafkah (di rumah).
Lalu apasih latar belakang diskriminasi gender terhadap perempuan itu?