Lihat ke Halaman Asli

Dokter Keluarga

Diperbarui: 2 November 2016   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

"Saat sumpah dokter, air mataku menetes tak terbendung. Bapak ku tersayang tidak ikut menyaksikan karena telah tiada.."

------------------------------------

Seragam putih abu-abu ini sudah melekat tiga tahun. Waktu terasa singkat, seperti baru kemarin masuk SMA. Berat rasanya meninggalkan sekolah, guru, teman-teman yang sudah menjadi bagian hidupku tiga tahun ini.

Masa depan masih panjang, jalan terjal yang kulalui masih banyak melintas di depan. Begitu juga pendidikan, setelah lulus SMA aku ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Awal masuk kelas 2 SMA mulai bingung mau meneruskan pendidikan ke mana dan jadi apa. Sebagian besar teman-teman menyarankan untuk jadi dokter. Jujur sebenarnya dari kecil justru ingin jadi dokter hewan, Ketika melihat hewan sakit rasanya ingin merawat agar segera sembuh

 “Aisyah Nuha Zahira, kamu pantasnya jadi dokter saja.” Kata teman-temanku.

Kedua orang tua memberi kebebasan untuk menentukan masa depan. Dengan konsekuensi harus serius dengan apa yang dipilih dan tidak boleh menyerah.

“Teman-teman ada yang mau ikut SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) , aku juga mau ikut. Bagaimana dengan kamu?”Adiba semangat ingin mengikuti SNMPTN.

“Ingin ikut juga! Aku sudah memutuskan untuk memilih pendidikan dokter. Terutama karena ingin memenuhi cita-cita kakek (dari bapak) yang menginginkan salah satu cucunya untuk menjadi dokter. Bahkan beliau sampai terus-terusan menelpon untuk memastikan memilih pendidikan dokter bukan kedokteran hewan.” Jadi teringat kakek yang terus menyemangatiku memilih pendidikan dokter.

“Aisyah, si calon dokter yang rajin belajar agar cita-citanya tercapai.” Adiba Shakila Atmarini, sahabatku yang bercita-cita menjadi pengusaha ingin melanjutkan kuliah jurusan manajemen.

“Adiba, si calon pengusaha. Kamu juga harus semangat belajarnya.”menyemangati Adiba.

 Lulus SMA kami dua sahabat mengikuti SNMPTN, ujian demi ujian kami tempuh. Walaupun di awal pesimis karena persaingannya sangat ketat dan waktu ujian SNMPTN malah sakit, berkat keinginan kakek ini juga sepertinya yang melancarkan jalan ke sana. Alhamdulillah kami diterima di Universitas yang sama dengan beda jurusan, Adiba jurusan manajemen sedangkan aku jurusan pendidikan dokter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline