Lihat ke Halaman Asli

Menyambungkan Hati dengan Allah SWT melalui Tazkiyatun Nafs

Diperbarui: 24 November 2023   16:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tazkyatun nafs berarti penyucian jiwa atau nafsu kita dari sifat-sifat yang tercela serta menghiasi dengan sifat-sifat yang terpuji. Dengan hal ini dapat menumbuh kembangkan jiwa seorang muslim sehingga menjadi pribadi yang baik dan melakukan kebaikan. Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Jumu 'ah/62:2

 

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata"

Semakin sering seseorang melakukan tazkiyah pada karakter kepribadiannya, maka Allah SWT semakin membawanya ke tingkat keimanan yang lebih tinggi. Tazkiyah diartikan sebagai ajaran para Rasul kepada manusia, yang jika dipatuhi maka akan menyebabkan jiwa menjadi suci. Sedangkan, nafs bermakna jiwa, sebagai sesuatu yang menggerakkan jasmani, dan bisa dididik agar dapat dikendalikan. Ada 4 komponen yang bila dididik dapat melahirkan sifat muslim yang kaffah (sempurna) yaitu terdiri dari: akal, qalbu (hati), nafsu, dan roh.

Pembagian nafs (jiwa) menurut Al-Qur'an, ada 3: pertama, nafs ammaarah yaitu nafsu yang membawa manusia kepada keburukan; kedua, nafs lawwamah yaitu nafsu yang menyesali perbuatan yang sudah terjadi tanpa berusaha memperbaiki sikap yang buruk; ketiga, nafs muthma'innah yaitu nafsu yang senantiasa bersama dengan Allah SWT, merasakan ketentraman, segera bertobat ketika melakukan perbuatan dosa, menjalankan seluruh perintah-Nya, tunduk dan patuh kepada aturan-aturannya.

Di dalam diri manusia terdapat potensi kebajikan. Banyak manusia yang belum menggunakan potensinya tersebut ke arah kebaikan akhlak. Sehingga, bentuk penyucian jiwa harus dilakukan sungguh-sungguh agar matahari kalbunya tidak mengalami gerhana dan bulannya pun tidak mengalami hal serupa. Ia harus berusaha agar siangnya tidak keruh dan tidak pula kegelapannya berkesinambungan. Lalu, cara untuk meraih hal tersebut diantaranya: memperhatikan hal-hal spiritual, menggunakan malamnya untuk berzikir, tidak merasa dirinya suci, bertobat nasuhah, menghindari dari penyakit hati. Wallahu'alam bisshowab.

Dosen Pengampu:

Dr. Hamidullah Mahmud M.A.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline