Asal Multikulturalisme di ambil dari kata "multi" yang memiliki sebuah arti jamak atau beragam, "kultural" yang merujuk pada budaya, dan "isme" yang menunjukkan suatu aliran atau pandangan tertentu. jadi, Multikulturalisme adalah gagasan yang menghargai keberagaman budaya dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, mencerminkan semangat Bhineka Tunggal Ika. Sementara itu Pendidikan Islam, yang bertujuan membentuk individu dengan kepribadian Islami dan mencapai insan kamil, dapat mengintegrasikan multikulturalisme untuk menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, serta demokrasi. Dengan demikian, pendidikan Islam berbasis multikultural tidak hanya mendidik peserta didik untuk memiliki ketakwaan kepada Allah, tetapi juga untuk hidup harmonis di tengah keberagaman dan menghormati perbedaan budaya, menciptakan individu yang toleran dan saling menghargai dalam masyarakat.
Pendidikan Islam berbasis multikultural ini menekankan pendekatan inklusif dan aktif untuk membentuk individu yang toleran, berkeadilan, dan menghormati keberagaman. Dengan mengintegrasikan nilai-nilai pluralisme, humanisme, serta demokrasi, pendidikan ini bertujuan mencetak manusia yang berakhlak mulia dan menghargai keberagaman budaya. Meskipun ada tantangan dalam pelaksanaannya, seperti kesiapan lembaga pendidikan dan konflik budaya, solusi dapat ditemukan melalui sinergi antara lembaga pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Dengan integrasi pendidikan multikultural dalam kurikulum dan kebijakan yang mendukung toleransi, diharapkan tercipta masyarakat yang damai, adil, dan sejahtera dalam keberagaman.
Pendidikan Islam multikultural memainkan peran penting dalam mengatasi keberagaman sosial dengan menanamkan nilai-nilai seperti demokrasi, humanisme, dan pluralisme. Guru berperan kunci dalam mengajarkan sikap egaliter, membangun kesetaraan gender, dan mendorong penerapan nilai-nilai seperti toleransi, kesederhanaan, dan perdamaian. Implementasi prinsip-prinsip Al-Qur'an yang mendukung hak asasi manusia dan kesetaraan gender diharapkan dapat menciptakan individu yang toleran, inklusif, dan menjadi agen perdamaian. Meskipun tantangan seperti resistensi masyarakat dan kendala kebijakan masih ada, peluang untuk meningkatkan pemahaman lintas budaya, memperkuat toleransi, dan mempersiapkan generasi Muslim yang adaptif terhadap keberagaman sangat terbuka, dengan dukungan teknologi dan dialog antarbudaya. Pendidikan ini juga memberikan peluang untuk memperkuat pemahaman antarbudaya, dialog antaragama, dan pengembangan karakter siswa yang adaptif terhadap keberagaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H