Lihat ke Halaman Asli

Lidia Alfi

Pecinta makanan

Ani-Ani, Alat Panen yang Hampir Punah

Diperbarui: 16 Maret 2020   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Doc. GarutNew

Saat bermain facebook ada yang memosting alat yang cukup sederhana yang saat ini jarang di jumpai bahkan tidak ada yang memakai lagi, alat itu kalau bahasa orang Dukuh Kedawung Desa Wanatirta Kecamatan Paguyangan Kabupaten Brebes Jawa Tengah bernama "Ani-Ani". Ketika kecil pernah mendengar,  ani- ani di gunakan untuk memanen padi agar dapat memilah antara padi yang tua dan yang muda sehingga saat panen pun tidak semua padi di panen hanya yang sudah tua, dengan cara memotong batang padi satu persatu. Mungkin saat itu membutuhkan waktu yang lama untuk manen padi.

Selain untuk memanen padi, ani- ani dapat di pergunakan untuk memetik daun sereh, memetik melinjo dan sayuran, tetapi alat itu sudah mulai hilang apalagi dengan perkembangan zaman, sekarang untuk mencangkul, menanam pagi, memanen padi di area datar atau kota sudah menggunakan alat yang moderen sehingga tenaga manusia jarang sekali di gunakan karena semuanya serba alat canggih.

Berbeda sekali kalau di desa walaupun sudah menggunakan alat moderen tetapi tidak semua pekerjakan menggunakan alat canggih karena untuk menggunakan alat juga butuh biaya besar apa lagi daerah tidak rata.

Penasaran ngga sih kenapa dinamakan Ani-Ani seperti nama orang saja. Seperti biasa untuk menjawab rasa ingin tahu , kita cari di google.com https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ani-ani.

Ani-ani atau ketam adalah sebuah pisau kecil yang dipakai untuk memanen padi. Dengan ani-ani tangkai bulir padi dipotong satu-satu, sehingga proses ini memakan banyak pekerjaan dan waktu, namun keuntungannya ialah, berbeda dengan penggunaan sebuah clurit atau arit, tidak semua batang ikut terpotong. 

Dengan demikian, bulir yang belum masak tidak ikut terpotong.

Ada kepercayaan bahwa padi yang akan dipanen, yang juga perwujudan sang dewi, harus diperlakukan dengan hormat dan lembut dipotong satu persatu, tidak boleh dibabat secara kasar begitu saja.

Hingga kini tradisi kepercayaan itu masih banyak diamalkan, misalnya upacara tradisional panen padi masyarakat Sunda yang disebut Seren Taun.

KBC-07 | Kompasianer Brebes

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline