Lihat ke Halaman Asli

Lidia Alfi

Pecinta makanan

Puisi | Tangis yang Tertahan

Diperbarui: 16 Juni 2018   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pinterest.com

Lebaran kali ini berbeda
Tanpa kue lebaran
Baju baru, opor, ketupat dan
Foto kebersamaan

Semua terasa hampa
Tanpa canda
Senyum kepalsuan
Dan tangis yang tertahan

Merindukan sosok yang selalu membangunkan
Merindukan sosok yang selalu membuat ketupat
Merindukan sosok yang selalu meminta baju baru

Ku merindukan ibu
Ayaah merindukan ibu
Kakak dan adik juga merindukan ibu
Kami merindukanmu

Ayah menahan tangis ketika bertakbir
Kami menahan tangis ketika sholat ied
Agar orang melihat kami itu kuat

Ketika mengunjungimu
Dengan muluut yang bergetar
Kami membacakan doa untukmu
Supaya engkau di ampuni dosa dan di tempatkan di surgaNya
Itupun sama kami menahannya

Ibu, ku tahu engkau sudah bahagia disana
Ku tahu engkau juga melihat kami
Walaupun hanya dengan rasa ku merasakannya

Ada tangis yang tertahan di sudut mata. Ada rindu yang tertahan di ujung lidah.
Ada banyak kenangan yang sedang menari-nari di benak
Kenangan tentangmu Ibu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline